JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Nurdin Halid menepis tudingan adanya sinyalemen perjudian yang marak dalam setiap pertandingan selama kepemimpinannya. Akan tetapi, ia tak menepis masih adanya oknum-oknum yang mengatur skor pertandingan dalam kompetisi di bawah naungan PSSI.
Demikian disampaikan Nurdin saat wawancara dengan Kompas, Jumat (4/3) malam, di sebuah hotel berbintang di Jakarta.
"Memang saya tidak memungkiri kalau itu (pengaturan skor pertandingan) sudah hilang. Akan tetapi, saya kira tidak ada seperti itu (adanya perjudian)," katanya menandaskan.
Sebelumnya, Kompas menanyakan adanya kecurigaan perjudian dalam setiap pertandingan dan pengaturan pertandingan yang banyak menguntungkan tim tuan rumah dengan cara memberikan kartu merah dan tendangan penalti bagi tim tuan rumah yang sudah kalah.
Menurut Nurdin, saat ia masih menjadi manajer selama empat periode di Persatuan Sepakbola Makassar (PSM), isu tersebut sudah ada. Hingga kini, isu dan persepsi itu masih terus berlanjut. "Sekarang ini, untuk mengukur ada atau tidaknya pengaturan pertandingan, indikatornya sangat sederhana. PSSI memiliki angka parameternya," ujarnya.
Nurdin mengambil contoh, yakni lewat kartu kuning atau kartu merah yang dikeluarkan wasit dalam setiap pertandingan. "Berapa penalti yang dikeluarkan wasit untuk tim tamu yang bertanding. Itu lonjakannya luar biasa sebab justru yang keberatan sekarang adalah tim tuan rumah. Wasit justru mengomplain ada ketidakberesan di wasit. Jadi, tidak benar tim tuan rumah selalu mengatur untuk penalti melalui wasit," jelas Nurdin.
Nurdin mengatakan, untuk mencegah adanya pengaturan pertandingan, PSSI telah menugaskan intelijen dari Badan Liga Sepak Bola untuk diterjunkan di setiap pertandingan guna memantau adanya pengaturan pertandingan.
"Kalau ada laporan, saya grounded dulu wasitnya, baru saya proses belakangan. Jika benar dipulihkan dan mendapat hadiah, jika terbukti salah, hukumannya diteruskan," tutur Nurdin.
Penolakannya diciptakan
Nurdin mengakui, penolakannya oleh sejumlah pihak dengan aksi demonstrasi mengatasnamakan revolusi PSSI, termasuk di antaranya tuduhan adanya perjudian dan pengaturan pertandingan, hal itu diciptakan oleh orang-orang yang tidak menyukainya dan ingin mendongkel dirinya sebagai calon ketua umum PSSI untuk periode yang ketiga kalinya. "Mereka ingin mendongkel saya karena sudah mapan sebagai Ketua Umum PSSI," katanya lagi. ( adp/deden)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.