Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegagalan Mimpi Bergkamp dan Pelajaran untuk De Boer

Kompas.com - 10/08/2016, 21:44 WIB
Anju Christian

Penulis

KOMPAS.com - "Sudah sejak lama, hati saya menancap di Italia karena sepak bola terbaik berada di sana. Italia, Italia, Italia, itulah yang saya pikirkan," ujar Dennis Bergkamp.

Serie A pada masa jayanya, memang menjadi destinasi impian untuk Bergkamp muda. Demi merealisasikannya, dia pun merancang perencanaan sematang mungkin.

Musim panas 1993 atau ketika usianya menginjak 24 tahun ditetapkan Bergkamp sebagai waktu yang tepat. Satu tahun sebelum itu, dia belajar bahasa Italia agar benar-benar fasih berkomunikasi dengan calon rekan setimnya.

Taktik turut dipertimbangkan. Inter Milan menjadi pilihan karena Ernesto Pellegrini selaku presiden ketika itu, berjanji menelurkan sepak bola ofensif.

Dari sudut pandang Pellegrini, perekrutan Bergkamp memang merupakan upaya untuk menandingi AC Milan asuhan Arrigo Sacchi, yang menguasai Eropa dan Italia dengan sepak bola menyerang saat itu.

Bahkan, sebelum Bergkamp menendang bola dengan balutan seragam biru hitam, sang patron sudah menyatakan, "Dia adalah nomor 10 terbaik dunia."

Terlepas dari sepak bola menyerang sebagai benang merah, Inter tetaplah mengandung risiko buat Bergkamp. Sudah lama sekali tak ada pesepak bola Belanda berseragam Inter.

Sebelum Bergkamp, pemain terakhir adalah Faas Wilkes. Sosok yang pernah menjadi top scorer Belanda sepanjang masa itu membela Inter dari 1949 hingga 1952.

Jadi, bisa dikatakan, Bergkamp adalah alfa dari rantai pemain Belanda di Inter Milan, setidaknya setelah era 1990-an.

Kompas TV Cerita Djanur Menimba Ilmu di Inter Milan

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com