Adalah Alcides Ghiggia yang menjadi mimpi buruk Maracana. Mimpi buruk bagi Brasil sejak 1950.
Lewat sepakan kaki pria kelahiran 22 Desember 1926 di Montevideo, Uruguay itu, Brasil tunduk di hadapan Tim Biru Langit, Uruguay. Tak terbayangkan, 400.000 pasang mata yang menyesaki stadion Maracana terhenyak gara-gara Brasil ketinggalan 1-2 di partai final Piala Dunia.
Jadilah, di rumah sendiri, mimpi Brasil menjadi Juara Dunia luluh-lantak. "Saya tak percaya bisa datang kembali ke Maracana," kata mantan pemain sayap Uruguay itu.
"Saya bahagia bisa datang kembali ke Rio de Janeiro, kota kemenangan saya," imbuhnya.
Alcides Ghiggia kini menjadi satu-satunya legenda hidup skuad Uruguay. Kemenangan Uruguay di hadapan penggila bola Negeri Samba saat itu adalah pencapaian kali kedua. Uruguay kali pertama menjadi kampiun dunia pada 1930. Sementara, kekalahan dari Uruguay membuat Brasil mesti menanti delapan tahun lamanya untuk akhirnya duduk di tampuk kemenangan Piala Dunia.
Ghiggia yang pernah menjadi manajer klub Uruguay, Penarol pada 1980 itu, justru mendoakan agar Brasil yang menjadi juara pada perhelatan Piala Dunia 2014. "Itu harapan saya. Sebetulnya, saya tidak percaya mimpi buruk Maracana," katanya menegaskan.
Sebaliknya, pemilik tinggi badan 1,69 meter itu berkata lain terhadap tim negaranya. "Timnas Uruguay saat ini nyaris sama dengan Timnas Uruguay pada Piala Dunia 2010," tuturnya.
Bagi Ghiggia, Timnas Uruguay mesti menampilkan muka-muka baru. "Tapi, pelatih Oscar Tabarez sudah mengatakan kalau komposisi Timnas Uruguay saat ini sudah final,"demikian Alcides Ghiggia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.