Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ronaldo, Simeone, dan Paulo Coelho

Kompas.com - 24/05/2014, 08:51 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com - Katedral Santiago de Compostela. Kemegahannya tersohor sampai ke penjuru dunia. Bangunan berusia ratusan tahun yang terletak di tengah Kota Santiago de Compostella, Galicia, Spanyol itu menyimpan banyak kisah sejarah. Dari makam tokoh Kristiani, Santo Yakobus, hingga perjalanan spiritual di Semenanjung Iberia atau biasa disebut Camino de Santiago.

Allison Raju dalam karyanya berjudul The Way of St James, menyebut setelah Yakobus dihukum mati oleh raja Agrippa I pada 44 M di Jerusalem, para pengikutnya membawa jenazah Yakobus dengan berjalan kaki lalu menyeberangi laut ke semenanjung Iberia dan mendarat di Padron, Galicia. Kemudian mereka memakamkannya di Santiago de Compostela.

Dari rute perjalanan para pengikut Yakobus itulah, nama Camino de Santiago berasal. Camino dalam bahasa Spanyol berarti berjalan kaki. Sedangkan Santiago adalah nama sebuah kota di mana katedral Santiago de Compostella berdiri. Secara singkat, Camino de Santiago artinya "berjalan kaki menuju Santiago".

Seiring perjalanan waktu, rute perjalanan yang juga dikenal dengan istilah “The Way of James" tersebut kini telah bertransformasi tidak hanya satu, tetapi juga tersebar dari berbagai penjuru Eropa. Dari Spanyol, Portugal, Perancis hingga beberapa titik wilayah di Semenanjung Iberia.

Kini juga tidak ada aturan bahwa rute itu hanya untuk umat Kristiani atau harus dilakukan dengan alasan keagamaan. Banyak peziarah yang menjalani perjalanan di rute tersebut hanya untuk alasan mencari insipirasi, meyakini kebaikan hidup, mendapat pencerahan dan berkah atas mimpi dan harapan mereka di dunia.

Kita bisa melihat salah satu kisah perjalanan itu dari pengalaman sastrawan asal Brasil, Paulo Coelho. Dalam karyanya The Pilgrimage, Coelho menyebut setiap rute perjalanan ke Santiago de Compostella memiliki berkah dan pahala istimewa untuk mereka yang berjalan melewatinya.

Cristiano Ronaldo dan Diego Simeone
Pada Juli 2013, bintang Real Madrid, Cristiano Ronaldo, pernah mengunjungi Galicia. Namun, kunjungannya itu bukan untuk menjalani "The Way of James", melainkan mendonorkan darah bagi korban-korban tragedi anjloknya rangkaian kereta api di Santiago de Compostela yang merenggut sedikitnya 80 jiwa pada 25 Juli 2013.

Kementerian Dalam Negeri Spanyol kala itu mencatat sebanyak 73 jenazah ditemukan di tempat kejadian dan tujuh orang meninggal dunia di rumah sakit. Sedikitnya 140 orang cedera setelah kereta delapan gerbong yang membawa 218 penumpang tersebut melesat keluar rel di sebuah tikungan.

"Aku bersimpati dengan para korban dan meminta otoritas lokal untuk berkontribusi membantu korban-korban yang terluka." Demikian Ronaldo bersimpati. Ronaldo di dalam lapangan adalah individualis hebat yang arogan. Namun, sikapnya mengunjungi Galicia memperlihatkan betapa dia tunduk kepada keyakinan kebaikan hidup seorang manusia.

Aksi kemanusiaan itu juga bukan hal baru bagi Ronaldo. "Dia (Ronaldo) selalu mendonorkan darahnya (untuk orang lain) dua kali setahun," ungkap salah seorang seorang sumber terdekat Ronaldo. Setidaknya, dengan kebaikan itulah, Ronaldo percaya mimpi dan harapannya bisa membawa berkah.

Toh, kini di depan mata Ronaldo terpampang mimpi besar yang belum dicapainya selama berkarier bersama El Real, yaitu La Decima atau gelar kesepuluh Liga Champions. Mimpi itu pun akan semakin spesial, karena partai puncak turnamen tersebut bakal digelar di Lisabon, Portugal, tanah kelahirannya.

"Mimpiku adalah untuk memenangi Liga Champions di Lisabon, di negaraku. Jadi kami bekerja keras, kami pasti akan bekerja keras untuk memenangi trofi yang luar biasa ini nanti," kata Ronaldo.

Tapi, sungguhkan mimpi Ronaldo itu bakal menjadi kenyataan? Tunggu dulu, kali ini lawan Ronaldo dan kawan-kawan bukan tim sembarangan. Gelar Primera Division 2013-14 yang sudah diraih Atletico Madrid, menunjukkan untuk mengalahkan skuad asuhan Diego Simeone itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Atletico juga telah sukses mengakhiri dominasi Madrid dan Barcelona selama 10 tahun terakhir di Primera Division. Tujuan Diego Costa dan kawan-kawan kini adalah mencatat sejarah baru memenangi Liga Champions. Bakal semakin spesial jika trofi itu dikawinkan dengan trofi Primera Division.

Kesuksesan Atletico itu jelas tidak bisa dilepaskan dari peran Simeone. Simeone adalah seorang manusia yang berpegang teguh bahwa semua kesuksesan berawal dari mimpi. Hal itu terungkap dalam biografinya berjudul El Efecto Simeone (The Simeone Effect) yang ditulis oleh Santi Garcia Bustamente.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com