Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Evaluasi FIFA untuk Indonesia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U17

Kompas.com - 01/12/2023, 21:30 WIB
Ferril Dennys

Penulis

KOMPAS.com - FIFA memuji Indonesia sebagai penyelenggara Piala Dunia U-17 2023. Namun, FIFA memberikan beberapa evaluasinya, terutama terkait dengan perencanaan.

FIFA memberikan apresiasi berdasarkan hasil laporan tim-tim peserta.

Para tim peserta, menurut Wakil Ketua Panitia Pelaksanan (LOC) Piala Dunia U17 2023 yang juga Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha Destria memuji kualitas lapangan baik tanding maupun training yang disediakan Indonesia, termasuk pelayanan dan hospitality yang diberikan.

"Bagi kami (LOC), pujian tertinggi memang datang dari tim-tim peserta. Mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan mulai dari penyediaan fasilitas lapangan, pelayanan, serta hospitality," tutur Ratu Tisha dalam jumpa pers di Pusat Informasi Piala Dunia U17 2023 di Hotel Solia Zigna Kampung Batik, Solo, Jumat (1/12/2023).

"Mengingat tim-tim kelas dunia pasti memiliki riders (daftar permintaan khusus) pasti sangat banyak dan itu semua bisa terpenuhi," kata dia lebih lanjut.

Baca juga: Rindu Sepak Bola, Radja Nainggolan Tak Ragu Terima Bhayangkara FC

Tapi, dari berbagai pujian yang diberikan, LOC tidak luput juga dari evaluasi yang diberikan oleh federasi sepak bola dunia tersebut. Ada tiga evaluasi, menurut Tisha yang diberikan oleh FIFA.

"Pertama, adalah soal perencanaan. Ada antara perencanaan dan implementasi hanya ada waktu yang sangat mepet. Untuk FIFA ini harus tepat penerimaannya," tutur Tisha.

"Misalnya, jika perencanaannya 70 persen, maka implementasinya juga harus 70 persen. Lalu, kalau rencananya A ya implementasinya juga harus," katanya.

Kedua, adalah perbedaan sistem manajemen di FIFA dan di Indonesia, terutama di beberapa kementerian atau lembaga yang tidak sama. Sehingga monitoringnya dinilai sedikit menyulitkan FIFA.

"Jadi butuh sistem yang lebih terukur lagi, yang bisa menyelaraskan dengan sistem FIFA. Karena sistem di Indonesia, bukan hanya di PSSI saja, tetapi di kementerian atau lembaga juga memiliki sistem yang beragam," tuturnya.

"Evaluasi ketiga adalah harus ada progres. Bagaimana dari 50 pertandingan yang telah berjalan berprogres. Bukan masalah menangnya, tetapi bagaimana kami memiliki perubahan dari berbagai sisi penyelenggaraan."

"Misalnya, karena ini kompetisi maka utamanya adalah sisi sepak bolanya, yang mana di setiap pertandingannya kualitasnya selalu semakin lebih baik," tambahnya.

Menurutnya, dari FIFA banyak yang bisa ditingkatkan tapi perubahan itu tidak bisa dilakukan secara radikal.

Ada beberapa sektor yang dinilai bisa ditingkatkan, seperti di area fan services, security, match operation, serta cara pemisahann match operation seperti apa dan lain-lain.

"Exraordinary selama penyelenggaraan tidak ada. Ini kita tidak bahas masalah JIS ya karena itu case extraordinary. Dengan waktu mepet, kami dapat memenuhi kebutuhan rumput untuk lapangan yang bisa menahan banyak pertandingan yang digelar di sana," ujarnya.

"Total ada 16 pertandingan dalam 15 hari penyelenggaraan. Ini extra, karena biasanya 16 gim itu dilakukan dalam empat bulan untuk menjaga kualitas rumput. Untuk case ini, kami mendapatkan expert bukan hanya dari FIFA tapi dari negara lainnya, seperti Australia. Khusus untuk cara penanganan JIS untuk pitch manajemen saya acungkan jempol," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com