Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rossi Rahardjo
Dosen

Peneliti Nusakom Pratama Institute, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo Surabaya, Kandidat Doktor Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya

Messi, Now or Never!

Kompas.com - 16/12/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TERUS terang saya bukan pengidola Lionel Messi meski pria yang dijuluki La Pulga alias Si Kutu telah berkali-kali ditahbiskan sebagai pemain sepak bola terbaik se jagad raya dalam satu dekade ini.

Bagi saya yang lahir akhir tahun 1970-an dan sempat menikmati tontonan sepak bola di era 1980-an sampai sekarang, Messi bukanlah yang terbaik walaupun raihan tropi yang diraihnya cukup bergelimang.

Sampai sekarang saya masih mengidolakan Diego Maradona dan Steven Gerrard. Prestasi Maradona dan Gerrard dalam pencapaian titel gelar juara memang belum sebanding Messi.

Maradona belum pernah sekali pun mencicipi gelar juara European Champions League (UCL) yang dulu bernama Piala Champions.

Namun Maradona sudah pernah membawa Argentina menjadi juara dunia kala memimpin Tango—julukan tim nasional Argentina menjuarai Piala Dunia Meksiko 1986.

Maradona juga mengubah Napoli menjelma menjadi raksasa Serie A Italia.

Pun Gerrard, gelar juara Liga Inggris saja belum pernah diraihnya, apalagi Piala Dunia. Gerrard “hanya” mampu membawa Liverpool menggamit gelar juara UCL 2005 dan beberapa trofi kompetisi domestik Inggris.

Tapi itu bukan alasan untuk mengidolakan mereka. Ada alasan lain bagi saya mengidolakan mereka hingga poster mereka ada di kamar tidur saya, beberapa tahun lalu saat masih di bangku kuliah.

Bisa jadi “koleksi” pemain sepak bola idola saya akan bertambah pada akhir tahun 2022 ini. Lionel Andrés Messi bisa menjadi sosok itu, tentu dengan syarat dia harus mengantar Argentina menjadi juara Piala Dunia Qatar 2022.

Laga final melawan Perancis akan menjadi ajang pembuktian terakhir bagi Messi. Dari sekian banyak trofi yang telah dimenangkan pemain kelahiran Rosario 24 Juni 1987 tersebut, Piala Dunia menjadi “puncak gunung” dalam kariernya.

Trofi itu menjadi satu-satunya yang belum pernah diraih Messi dari semua kompetisi yang pernah diikutinya.

Pada 2014 di Brasil, Messi memiliki kesempatan itu. Argentina melaju ke final Piala Dunia. Namun asa Messi harus kandas dari Jerman, 0-1.

Sontekan kaki kiri Mario Goetze di menit 113 menggagalkan ambisi Messi menyamai prestasi Maradona membawa trofi Piala Dunia ke Argentina.

Gemuruh Estadio Jornalista Mario Filho atau Stadion Maracana serasa tempik kesedihan bagi Messi. Bangku cadangan pemain Argentina sepi tanpa suara.

Pascakekalahan di Maracana itu, semangat Messi bermain untuk tim nasional Argentina mulai “angin-anginan”.

Bahkan beberapa kali sempat mengeluarkan pernyataan mundur dari Tango. Nama Messi selalu dibanding-bandingkan dengan Maradona, khususnya dalam pencapaian Argentina di Piala Dunia.

Kalau kita bisa berpikir jernih, tentu tidak pas membandingkan Messi dan Maradona yang hidup di era berbeda. Kalau kata Farrel Prayoga, Ojo Dibanding-bandingke!

Perjalanan Messi untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik di jagad sepak bola tidak berjalan mulus.

Satu gol penaltinya pada laga awal Piala Dunia 2022 Qatar ke gawang Arab Saudi tidak mampu menghindarkan Tango tumbang dari wakil Asia.

Argentina di ujung tanduk. Laga ke dua Argentina bangkit. Meksiko dikalahkan 2-0. Messi mencetak satu gol lagi.

Berturut-turut Argentina mengalahkan Polandia 2-0, Australia 2-1, Belanda (adu penalti), dan Kroasia 3-0 di babak semifinal. Messi membawa Argentina tampil di partai final Piala Dunia.

Delapan tahun berselang setelah final memilukan di Maracana, Messi kembali berada di garis suratan takdir yang sama.

Peluang Messi membawa Argentina juara Piala Dunia untuk kali ke tiga sama besarnya dengan peluang Kylian Mbappé dan kawan-kawan untuk membawa Perancis back to back menjuarai Piala Dunia setelah tampil sebagai jawara di Rusia 2018.

Minggu, 18 Desember 2022, Lusail Stadium di Qatar akan menjadi saksi sebuah laga pemungkas yang bisa menjadi titik pencapaian paling akbar atau justru menjadi malam pahit bagi Messi karena selamanya dia akan gagal mempersembahkan trofi Piala Dunia untuk Argentina dan dirinya sendiri.

Dengan usia 35 tahun ini, peluang Messi untuk bermain lagi di Piala Dunia 2026 North America cukup kecil.

Satu step lagi 'Sang Mesias' akan menuju 'keabadian'. Jika ini terjadi, lengkaplah sudah perjalanan Messi sebagai pemain sepak bola dengan meraih semua trofi kompetisi yang dimainkannya. Will Messi deserve the title of the greatest player of all time?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih 'Panas' dari Sang Gajah...

Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih "Panas" dari Sang Gajah...

Timnas Indonesia
Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Timnas Indonesia
Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Liga Indonesia
PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

Liga Champions
Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Timnas Indonesia
PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

Liga Champions
Piala Asia U17 Putri 2024,  Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

Piala Asia U17 Putri 2024, Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

Timnas Indonesia
Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

Liga Indonesia
Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

Internasional
Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

Timnas Indonesia
Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

Badminton
Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com