Pada pagi hari sebelum pertandingan, dia dikejutkan dengan pemberitaan media setempat, O Mundo, yang memuat foto tim Brasil dengan keterangan tulisan "Inilah sang juara dunia" di halaman depan surat kabar.
Pemberitaan tersebut melengkapi pesta di kawasan Rio de Janeiro yang membuat timnas Brasil terlihat seakan-akan sudah menjuarai Piala Dunia 1950.
Para pendukung berteriak "Brasil harus menang" atau "Brasil sang juara", sedangkan Wali Kota Rio de Janeiro dengan percaya diri menyebut Brasil tidak memiliki pesaing di belahan dunia mana pun.
Obdulio Varela yang melihat tulisan di halaman depan O Mundo, langsung membeli 20 koran di sekitar Copacabana, area penginapan timnas Uruguay.
Baca juga: Penjualan Tiket Piala Dunia 2022 Tembus 2,45 Juta, Ini Daftar Laga Paling Laku
Setelah kembali ke penginapan, Obdulio Varela membuang koran-koran tersebut di kamar mandi dan membangunkan rekan setimnya.
Lalu, Obdulio Varela meminta semua rekannya untuk ikut menginjak-injak dan mengencingi koran yang memuat klaim prematur terkait status juara Brasil.
Ketika para pemain mulai membasahi koran tersebut dengan urine masing-masing, Obdulio Varela mengucapkan kalimat yang dipercaya mampu melecut motivasi.
"Muchachos, que empiece la funcion (teman-teman, mari kita mulai pertunjukannya)," kata Obdulio Varela, dikutip dari surat kabar The Mercury.
Baca juga: Profil Tim Piala Dunia 2022: Jerman, Era Baru di Tangan Hansi Flick
Peran Obdulio Varela sebagai kapten timnas Uruguay berlanjut hingga para pemain berkumpul di ruang ganti Stadion Maracana.
Beberapa menit menjelang kickoff, pelatih Juan Lopez meminta anak-anak asuhnya mempertahankan strategi pertahanan yang menjadi ciri khas Uruguay ketika itu.
Namun, Obdulio Varela tak sepakat dengan instruksi Juan Lopez. Dia menunggu sang pelatih keluar dari ruang ganti sebelum berbicara kepada rekan setimnya.
"Juancito adalah pria yang baik, tapi hari ini dia salah. Jika kita bermain bertahan melawan Brasil, nasib kita akan sama dengan Spanyol dan Swedia," kata Obdulio Varela yang mengajak rekan setimnya mengambil risiko di hadapan para seniman sepak bola dari Brasil seperti Zizinho, Friaca, hingga Ademir.
Baca juga: Piala Dunia 2030, Uruguay dan Angka 100
Upaya yang dilakukan Obdulio Varela untuk melecut motivasi rekan-rekannya bisa saja runtuh ketika skuad Uruguay berjalan menuju lapangan.
Belum apa-apa, mereka sudah diserang gemuruh publik tuan rumah. Jumlah penonton di Stadion Maracana ketika itu diperkirakan mencapai 200.000 orang!
Akan tetapi, di tengah situasi tersebut, Obdulio Varela masih menjadi sosok kapten yang tenang. Naluri kepemimpinannya kembali muncul dan tercermin lewat kata-kata.
"Keluarlah dengan tenang, jangan melihat ke atas. Jangan pernah melihat ke tribune. Pertandingan dimainkan di lapangan," ujar Obdulio Varela kepada rekan-rekannya.
Baca juga: Piala Dunia 2030, Seperti Ini Ambisi Uruguay
Seperti yang telah disebutkan, Obdulio Varela tak hanya memimpin lewat perkataan, tetapi juga perbuatan.
Dia mengambil langkah cerdik dengan memprovokasi kerumunan suporter Brasil dan memperlambat tempo ketika timnya kebobolan lebih dulu akibat gol Friaca pada menit ke-47.