KOMPAS.com - Mantan pelatih Real Madrid, Bernd Schuster, mengungkap kisah masa lalu saat masih bermain bersama Diego Armando Maradona.
Pria asal Jerman ini mengaku senang berteman dengan legenda Napoli tersebut. Tetapi, ada hal yang membuat Schuster tidak betah satu kamar dengan Maradona.
Bernd Schuster bergabung dengan Barcelona dari FC Koeln pada 1980.
Dia menghabiskan waktu delapan tahun di Camp Nou sebelum menyeberang ke Santiago Bernabeu, markas rival abadi Barca, Real Madrid, pada 1988.
Baca juga: Napoli Vs Barcelona: Xavi Sebut Messi di Atas Maradona
Saat berseragam Barcelona, Schuster pernah ikut merasakan gelar juara European Cup Winner's Cup 1982.
Dia pun sempat bermain bersama Diego Maradona, yang digaet Barca musim panas setelah mereka menjuarai European Cup Winner's Cup 1982.
Barca memboyong Maradona dari Boca Juniors. Legenda sepak bola Argentina ini datang setelah mengalami momen kurang bagus dalam Piala Dunia Spanyol 1982 di mana mereka tersingkir pada babak kedua.
Kala itu, Maradona yang tampak frustrasi, tak bisa menahan emosi sehingga diganjar kartu merah dalam laga melawan Brasil. Argentina akhirnya ditaklukkan musuh abadinya tersebut.
Schuster mengakui, Maradona termasuk salah satu pemain paling menarik di dunia sepak bola dan mereka cepat akrab.
Kedatangannya ke Camp Nou dengan rekor biaya transfer kala itu, mendapat sambutan hangat dari fans Barcelona.
Baca juga: Ballon dOr 2021, Rindu untuk Maradona dan Bangga bagi Messi!
"Diego dan saya memiliki usia yang sama," ujar Schuster dalam wawancara dengan LaLiga TV.
"Saya sudah melihatnya dalam banyak pertandingan dan menyukai cara dia bermain dan sebagai pribadi. Kami dengan mudah berteman."
"Pertemuan pertama, salaman pertama, pasing pertama dalam latihan... Kami sadar, kami berteman."
Meski demikian, ada satu sisi kehidupan Maradona yang membuat Schuster tak betah.
Gaya hidup yang jauh berbeda membuat sosok yang pernah membela Jerman Barat (sebelum Jerman bersatu) tersebut, tak bisa sekamar dengan Maradona.
"Kami banyak berbicara tentang sepak bola," ungkap Schuster ketika ditanya soal pengalaman sekamar dengan Maradona.
"Memang benar, kuncinya adalah bahwa saya adalah orang suka tidur lebih awal, lalu bangun lebih awal pula."
"Namun Diego tidak. Dia orang yang suka begadang dan tidur larut malam. Kami saling menghormati tetapi dalam jangka panjang, satu kamar dengan dia tidak pernah berjalan dengan baik."
Baca juga: Anak Maradona: Messi Menderita Dibandingkan dengan Ayah Saya...
Dari Barca, Schuster pindah ke Real Madrid dan memperkuat klub ibu kota Spanyol tersebut selama dua tahun. Lalu, dia bergabung dengan rival sekota Real Madrid, Atletico Madrid, pada 1990.
Schuster kembali ke Jerman pada 1993. Dia bermain untuk klub elite Bundesliga, Bayer Leverkusen.
Selama di Spanyol, Schuster merasakan satu gelar LaLiga bersama Barcelona, dua trofi LaLiga dengan Real Madrid dan memenangi Copa del Rey sebanyak enam kali dengan tiga klub besar Negeri Matador tersebut.
Setelah pensiun pada 1997, Schuster melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Dia pernah menangani Real Madrid pada 2007-2008, lalu pindah ke Besiktas, Malaga dan Dalian Yifang (2018-2019).
Sementara itu, Maradona mencapai kesuksesan dalam kariernya ketika membawa Argentina juara Piala Dunia Meksiko 1986.
Dia pun menjadi legenda Napoli sehingga klub tersebut mengganti nama stadionnya dari San Paolo menjadi Diego Armando Maradona.
Pergantian nama itu merupakan bagian dari penghormatan kepada Diego Maradona, yang meninggal dunia pada November 2020.
Saat membela Napoli, Maradona memberikan gelar juara Serie A (1986-87 dan 1989-90), Coppa Italia (1986-87), Supercoppa Italiana (1990) dan Piala UEFA yang sekarang bernama Liga Europa (1988-89).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.