"Kami banyak berbicara tentang sepak bola," ungkap Schuster ketika ditanya soal pengalaman sekamar dengan Maradona.
"Memang benar, kuncinya adalah bahwa saya adalah orang suka tidur lebih awal, lalu bangun lebih awal pula."
"Namun Diego tidak. Dia orang yang suka begadang dan tidur larut malam. Kami saling menghormati tetapi dalam jangka panjang, satu kamar dengan dia tidak pernah berjalan dengan baik."
Baca juga: Anak Maradona: Messi Menderita Dibandingkan dengan Ayah Saya...
Dari Barca, Schuster pindah ke Real Madrid dan memperkuat klub ibu kota Spanyol tersebut selama dua tahun. Lalu, dia bergabung dengan rival sekota Real Madrid, Atletico Madrid, pada 1990.
Schuster kembali ke Jerman pada 1993. Dia bermain untuk klub elite Bundesliga, Bayer Leverkusen.
Selama di Spanyol, Schuster merasakan satu gelar LaLiga bersama Barcelona, dua trofi LaLiga dengan Real Madrid dan memenangi Copa del Rey sebanyak enam kali dengan tiga klub besar Negeri Matador tersebut.
Setelah pensiun pada 1997, Schuster melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Dia pernah menangani Real Madrid pada 2007-2008, lalu pindah ke Besiktas, Malaga dan Dalian Yifang (2018-2019).
Sementara itu, Maradona mencapai kesuksesan dalam kariernya ketika membawa Argentina juara Piala Dunia Meksiko 1986.
Dia pun menjadi legenda Napoli sehingga klub tersebut mengganti nama stadionnya dari San Paolo menjadi Diego Armando Maradona.
Pergantian nama itu merupakan bagian dari penghormatan kepada Diego Maradona, yang meninggal dunia pada November 2020.
Saat membela Napoli, Maradona memberikan gelar juara Serie A (1986-87 dan 1989-90), Coppa Italia (1986-87), Supercoppa Italiana (1990) dan Piala UEFA yang sekarang bernama Liga Europa (1988-89).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.