Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Takraw, Meriam Bambu dan Rekor Muri

Kompas.com - 30/10/2018, 01:39 WIB
Tjahjo Sasongko

Penulis

Staf Ahli Bupati Sambas, I Ketut Sukarja,  menjelaskan membangun sambas pada umumnya yakni Kecamatan Galling. Dengan adanya kegiatan kirab pemuda  di Desa Sijang merupakan keseriusan pemerintah membangun

“Karena bagaimana pun pemuda adalah ujung tombak yang akan menjadi generasi penerus pemimpin pemimpin bangsa. Terkait itu pemerintah daerah tetap mendorong , mulai dari atasan tetap semangat terus sehingga nanti bisa membangun Sambas,” kata I Ketut Sukarja.

Pemeberdayaan pemuda di Sambas sudah banyak. Seperti kegiatan olahraga, silat  dan sepak takraw sudah banyak  membangkitkan partisipasi-partisipasi pemuda di Sambas.

Sekretaris Desa Sijang, Muzakir, mengaku bahagia adanya kegiatan yang terbesar di desanya itu. “ Senang dengan adanya kegiatan yang besar seperti ini di desa kami. Dan tentunya kaminsangat menyambut hangat salah satu kegiatan dari pemerintah program-program dari pemerintah dan kami semampunya mendukung,” kata  Muzakir. “Masalah pengembangan potensi desa, karena kita termasuk daerah perbatasan RI-Malaysia, dan daerah terpencil juga awalnya jadi banyak sekali permainan permainan tradisional yang memamng sudah lama tenggelam. Dan hampir punah. Salah satunya meriam ini.”

Ketua panitia lokal kegiatan, Yuspiandi, menjelaskan kegiatan pertama di sana adalah baksos. Dua minggu yang lalu. “Kemudian rekor MURI apakah pemuda kabupaten sambas khususnya di daerah perbatan ini bisa memecahkan rekor MURI. Kami berkolaborasi dengan pemuda di  Sambas dan pemuda khususnya Kecamatan Galling. Jadi kawan kawan menyanggupi untuk rekor MURI ini dengan meriam bambu,” kata  Yuspiandi.

“Pertama sekitar 2000 meriam bambu, lalu inisiatif panitia dan kawan kawan untuk menjadikan 2018 meriam.  Karena tahun 2018 ini khususnya dalam memepringati sumpah pemuda ni kami pemuda-pemuda Kecamatan Galing bisa berbuat sebagaiman yang telah dicantumkan rekor MURI.”

Yuspiandi menjelaskan, meriam bambu menggunakan minyak tanah dan bensin, sebagai penyalaannya.  “Karena zaman dahulu banyak binatang-binatang buas, jadi nenek moyang kami mebggunakan meriam bambu, untuk mengusir bnatang buas.  Itu turun temurun ke anak-anaknya. Dan juga meriam bambu digunakan pada momentum bulan Ramadan. Karena pada bulan ini kita membangunkan masyarakat ketika bersaur,” ujar Yuspiandi.

Para peserta meriam bambu ini dari SMA, SMP, dan SD hingga anak TK. “Di situ kami menyertakan anak-anak maupun dewasa , dan kami melibatkan masyarakat yang ada di kec galling, untuk mengajak memainkan meriam sebagai bentuk kebersamaan kami. Kemudian bertujuan agar bersatu, membaur. Jumlah peserta kami perkirakan sebanyak 2500 yang telah kami sebarkan suratny ake lima kecamatan,” kata Yuspiandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com