ATAMBUA, KOMPAS. com - Niat tulus Fary Djemi Francis untuk mencari bibit baru pesepak bola andal dari Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, tidak sekadar teori maupun retorika.
Fary langsung bergerak cepat dengan membangun Sekolah Sepak Bola (SSB) Bintang Timur di Dusun Wesasuit, Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu.
SSB yang dibangun di atas lahan seluas delapan hektare itu dilengkapi dengan satu lapangan pertandingan berukuran 110 X 90 meter, lengkap dengan tribune penonton. Satu lapangan untuk latihan, satu lapangan futsal, asrama, aula atau hall, kantin, dan kolam renang.
SSB itu dirintis sejak 21 November 2015, dimulai dengan membangun lapangan selama setahun. Pada 4 Desember 2016, SSB diresmikan. Acara peresmian itu sendiri dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan mantan Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao.
Sejak dibuka, animo anak-anak berusia 10 hingga 18 tahun sangat tinggi. Sekitar 350 anak dengan empat kategori usia yakni U10, U12, U16 dan U18, mendaftar di SSB itu.
Hingga April 2017, sudah 210 anak yang mendaftar ulang dan angka itu akan terus bertambah. Selain SSB, ada juga akademi dengan anak usia 18 sampai 25 tahun yang berjumlah 50 orang.
Untuk menggembleng ratusan anak-anak itu, SSB Bintang Timur mengontrak dua pelatih bersertifikat A Pro yakni coach Bert Pentury - WNA Belanda keturunan Indonesia, dan Esteban Horacio Busto - WNA Argentina yang pernah main di ISL serta enam orang pelatih lokal dengan lisensi C dan D.
“Kenapa sepak bola dengan pembinaan pemain usia dini ini mulai dibuat, karena pemain dunia seperti Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi dan sebagainya, bukan jadi begitu saja tetapi melalui pembinaan pembinaan sejak usia dini dan masuk ke SSB,” kata Fary Djemi Francis kepada Kompas.com, Minggu (2/4/2017).
Fary yang juga adalah Ketua Komisi V DPR, mengaku sudah mengunjungi SSB di Portugal, tempat Cristiano Ronaldo berlatih. Dia juga mengunjungi SSB di Barcelona dan sejumlah negara lainnya di Eropa.
“Kita memang sudah punya SSB di Indonesia, tetapi belum dikelola secara profesional atau ada SSB tetapi tidak memiliki infrastruktur. Karena itu, kalau mau bangun SSB, kurikulum harus jelas dan infrastruktur jelas dan punya sendiri serta pelatih harus bersertifikat," ucap dia.
Menurut Fary, banyak anak muda di NTT dan khususnya di perbatasan yang bagus dan potensial. Karena itu,ia mau memulai membangun bola dari usia dini dengan serius. Untuk hasilnya, menurut Fary tidak bisa dilihat dalam waktu satu dua tahun, tetapi baru bisa dinikmati lima sampai 10 tahun.
Festival sepak bola anak perbatasan
Meski baru satu tahun dibangun, SSB dan akademi bentukannya itu sudah mampu menjuarai sejumlah turnamen di NTT maupun nasional. Selain itu, juga pada Februari 2017 lalu, pelatih Tim Nasional U-19 Indra Sjafri mendatangi SSB Bintang Timur dan memboyong seorang pemain untuk ikut seleksi di Jawa Timur.
Enam pemain usia senior di akademinya saat ini bermain di Liga Utama Timor Leste. Selain mendapat pelatihan bola, lanjut Fary, anak anak yang menjadi anggota SSB Bintang Timur juga mendapat asuransi dan tabungan, sehingga kehidupan mereka bisa terjamin dengan baik.
“Kalau masyarakat, pemerintah daerah, asosiasi kabupaten dan asosiasi provinsi mendukung, saya yakin suatu saat, SSB Bintang Timur akan menghasilkan pemain sepak bola kelas nasional, bahkan internasional,”ucapnya.
Untuk meningkatkan skill, pihak SSB telah menggelar festival sepak bola anak perbatasan dimulai tanggal 30 Maret dan berakhir 1 April kemarin. Festival ini diperuntukkan bagi anak-anak di kategori usia 6-12 tahun dengan konsep bermain, belajar, dan bergembira.
Festival ini memainkan empat game dan empat drill sekaligus yang dibuat di dalam satu lapangan sepak bola. Di setiap pos, akan ada pelatih pendamping, sehingga anak-anak dapat memainkan semua drill secara maksimal.
“Pada prinsipnya, festival ini memberi ruang bagi anak-anak untuk berinteraksi, belajar melalui drill dan game yang dipersiapkan Instruktur. Setiap grup maupun individu akan diamati dan diakhir festival akan diumumkan baik grup maupun individu terbaik untuk mendapatkan hadiah,”ujar Fary.
Festival itu diikuti oleh ratusan anak dari tiga kabupaten yakni Kabupaten Belu, Malaka dan Timor Tengah Utara (TTU).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.