Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bobby Five-O", Guru dari Lima Juara Liga

Kompas.com - 21/05/2015, 15:37 WIB
Anju Christian

Penulis

Kritik dari Bocah Arogan

Romantisme Robson dan Mourinho sempat diganggu oleh seorang bocah berusia 16 tahun. Ia adalah Andre Villas-Boas. Nama terakhir tak menyukai keputusan Robson yang kerap mencadangkan striker Domingos Paciencia.

Kebetulan Robson dan Villas-Boas tinggal di apartemen yang sama. Tak ayal, Villas-Boas mencurahkan kritiknya di kotak surat Robson. Menariknya, Robson menanggapi dengan serius. Sang bocah diundang pada sebuah sesi latihan dan Villas-Boas diminta membuktikan kritiknya melalui data statistik.

Tidak sulit bagi Villas-Boas. Ia sangat memahami detail-detail sepak bola karena hobinya bermain Championship Manager. Robson terkesan. Singkat cerita, Villas-Boas ditawari menjadi staf magang di tim junior Porto.

Robson mengubah takdir Villas-Boas. Pria yang kini menangani Zenit St Peterseburg itu, hampir saja memilih jurnalisme olahraga sebagai jalan hidupnya. "Hanya sosok dengan pikiran terbuka seperti Bobby yang mau menerima arogansi dari seorang bocah kecil," ujar Villas-Boas.

Atas bantuan Robson pula, Villas-Boas bisa mengenyam kursus kepelatihan bersama Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Sebagai mantan Manajer The Three Liones, Robson tentu memiliki koneksi dengan stakeholder di sana.

Laju Villas-Boas sangat mulus. Ia melanjutkan pendidikan dengan mengambil Lisensi UEFA C di Skotlandia dan belajar tentang metode pelatihan di Ipwich Town selama dua pekan. Itu juga berkat Robson.

"Bobby berkata kepada saya, bocah ini akan menjadi sosok spesial di dunia kepelatihan," beber George Burley, Manajer Ipwich ketika itu.

Demokrasi dan Apresiasi

Bersama Robson, Porto juga sukses menjuarai Liga Portugal dua musim beruntun. Bahkan, mereka sangat dominan karena sering menang dengan skor 5-0. Suporter pun menyematkan julukan "Bobby Five-O" untuk sang juru taktik.

Sinar Robson turut menyilaukan Wakil Presiden Barcelona saat itu, Joan Gaspart. Nama terakhir menghubungi Robson melalui telepon untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Johan Cruyff pada musim panas 1996.

Robson menjawab ya, tapi dengan satu syarat. Mourinho harus jadi asistennya. Pasalnya, Robson ogah belajar bahasa Catalan dan Spanyol.

Pada fase ini, Mourinho belajar cukup banyak, termasuk menangani ego pemain bintang. Skuad Barcelona ketika itu cukup gemerlap. Nama-nama besar seperti Luis Figo dan Pep Guardiola sudah bercokol di dalam tim sejak rezim Johan Cruyff. Belum lagi rekrutan anyar seperti Ronaldo, Luis Enrique, Laurent Blanc dan Hristo Stoichkov.

"Ronaldo punya kebutuhan untuk jadi pemain hebat. Jadi, ia mendengarkan Jose. Bukan persoalan jika Jose tak memiliki pengalaman apa pun sebagai pemain. Untuk pemuda jenius seperti Ronaldo, Jose sempurna. Jose tahu cara bicara dengannya," beber Robson dalam otobiografinya.

Hanya saja, Mourinho bukan satu-satunya penasihat Robson di ruang ganti. Sang pelatih memberi ruang pendapat untuk anak-anak asuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com