Meskipun tak ada yang pasti mengenai cuaca di Liverpool (dan Eropa pada umumnya) karena dalam sekejab bisa saja langsung mendung dan hujan, tetapi suhu udara sekitar pukul 9.30 pagi itu jauh lebih bersahat dibandingkan kemarin, karena berada pada 12 derajat celcius (hanya lebih tinggi dua derajat dibandingkan saat saya menjejakkan kaki di Inggris). Tak ada angin kencang, dan hadirnya sinar matahari membuat semangat lebih "hidup".
Tepat pukul 10.00, semua rombongan peserta turnamen Standard Chartered Trophy yang berasal dari 10 negara (termasuk Indonesia), berangkat dari hotel menuju The Academy Liverpool Football Club alias Akademi Sepak Bola Liverpool di Simonswood Lane, Kirkby. Perjalanan tersebut, yang menggunakan bus memakan waktu kira-kira setengah jam, dan melewati Goodison Park, yang merupakan markas klub rival sekota Liverpool FC, Everton.
Memasuki kawasan Akademi Sepak Bola Liverpool, larangan merokok di area tersebut terpampang jelas di gerbang utama. Kemudian, di setiap tiang yang terpasang di pinggir jalan digantung foto para pemain jebolan akademi tersebut, di antaranya Steve McManaman, Michael Owen, Jamie Carragher, dan tentu saja yang saat ini menjadi kapten tim, Steven Gerrard.
Seperti yang sudah diduga, semua peserta, termasuk saya, tak menyia-nyiakan kesempatan untuk berpose di depan gedung akademi tersebut, yang terdiri dari dua lantai. Setelah itu, para kontestan Standard Chartered Trophy mengikuti coaching clinic yang diberikan oleh empat pelatih tim Akademi Liverpool, dan dilanjutkan dengan pertandingan penyisihan grup turnamen tersebut (menggunakan empat lapangan). BIGREDS, yang tergabung di Grup B, memainkan tiga pertandingan.
Saat bus berhenti di pelataran Anfield, suasana menjadi sangat ramai karena semua peserta melakukan aktivitas serupa, yakni foto di depan Pasley Gateway (gerbang Paisley) dan juga patung Bill Shankly, yang terletak di samping kanan Bootroom Sports Cafe. Rasa lapar seolah-olah hilang, sehingga pihak Anfield harus memberikan teguran dan perintah agar lebih dulu makan siang sebelum diberikan kesempatan masuk ke Anfield.
Ryan, yang menjadi pemandu tur Anfield, sangat antusias memberikan penjelasan mengenai apa yang ada di stadion kebesaran The Reds. Dimulai dari tempat pembelian tiket, media room, hingga boot room (yang pada tahun 1960-an hingga 1990-an merupakan tempat staf pelatih duduk, minum whisky dan berdiskusi tentang tim serta cara mengalahkan lawan).
Selanjutnya, para peserta tur dibawa ke ruang ganti pemain Liverpool. Di sana tergantung rapi kostum para pemain The Reds, mulai dari kiper Simon Mignolet yang terletak di sisi kiri ruangan hingga kostum milik Raheem Sterling di sisi kanan.
Yang paling menarik perhatian adalah kostum milik sang kapten, Steven Gerrard. Kostum bernomor punggung delapan itu paling banyak menjadi obyek foto, termasuk saya yang harus antre mendapat giliran berpose di depan baju pemain jebolan akademi Liverpool tersebut, yang musim depan meninggalkan The Reds untuk bergabung dengan klub MLS.
Setelah menuruni beberapa anak tangga di lorong yang lebarnya hanya untuk dua orang, terlihat hamparan rumput hijau yang terpotong dan terawat sangat rapi. Sudah bisa ditebak, inilah lapangan Anfield.
Kembali, berpose menjadi aktivitas utama, sambil merasakan magis stadion kebanggaan Si Merah yang dibangun pada 1884 tersebut. Apalagi, rekaman suara riuh suporter diperdengarkan, membuat saya merasa seperti menyaksikan sebuah pertandingan secara langsung.
Saya (dan wartawan BOLA) beruntung. Usai melihat Anfield, kami mendapat kesempatan pergi ke Melwood, yang merupakan tempat latihan Liverpool (para pemain pulang ke hotel). Meskipun ada rasa kecewa karena dilarang mengambil gambar, yang menjadi monopoli Sky Sports dan BT Sport, tetapi saya bisa melihat bagaimana fasilitas latihan klub profesional tersebut, yang waktu tempuhnya sekitar 20 menit dari Anfield.
Di sisi lorong di depan ruang ganti pemain, sebelum bertemu pintu menuju lapangan latihan, terdapat dua rak sepatu dan satu rak minuman suplemen dilengkapi dengan aturan pakai yang ditempel di dinding. Di Melwood dilengkapi pula dengan ruang treatment, sehingga para pemain yang mengalami masalah dengan kondisinya, entah setelah latihan ataupun sebelum, langsung menuju ruang perawatan tersebut untuk mendapat penanganan secara serius.
Ada pula ruang fitness yang terisi lengkap dengan alat gym, untuk menjaga kebugaran pemain, ataupun meningkatkan kondisi tubuh. Tersedia pula kolam renang di depan ruang treatment. Tak ketinggalan ruang rekreasi, yang dilengkapi satu meja bilyar, satu meja pimpong dan satu meja foosball. Ruang tersebut (rekreasi) bersebelahan dengan ruang makan. Menu makanan diatur oleh tim nutrisi, yang setiap hari secara detail menakar kalori yang diperlukan pemain.
Semua fasilitas yang ada di Melwood membuat saya menjadi maklum jika prestasi The Reds menjulang, baik di kompetisi domestik maupun Eropa, meskipun dalam beberapa tahun ini prestasi mereka jeblok.
Pertanyaan pun muncul dalam benakku, kapan klub di Indonesia bisa memiliki fasilitas serupa? Entah kapan pertanyaan tersebut bisa terjawab. Alih-alih memiliki fasilitas yang lengkap, hampir semua klub di Tanah Air belum memiliki lapangan sendiri untuk latihan, apalagi stadion utama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.