”Begitu seriusnya Jorge sampai-sampai dia menjual lukisan-lukisannya demi proyek ini. Dia bahkan tidak mengurus hidupnya sendiri. Setidaknya dari kabar yang beredar, dia kerap akan diusir dari rumahnya karena tidak bisa membayar uang kontrak. Tekadnya hanya satu, proyek itu baru akan berhenti ketika dia meninggal,” tambah Julian.
Kerap terjadi, sesuai penuturan beberapa pekerja seni setempat, pada dasawarsa 1990-an Jorge masih bekerja memasang keramik dan porselen, sementara turis asing berdatangan dan memandang penuh tanya, siapa yang sedang bekerja itu.
Berita Daily Mail pada 11 Januari 2013 menyebutkan, Jorge ditemukan meninggal di depan rumahnya, tepatnya di tangga ke-215. ”Ia pergi dengan meninggalkan monumen tangga Selaron yang dikatakannya sebagai bentuk penghargaannya kepada warga Brasil,” ungkap Julian.
Rio de Janeiro layak berterima kasih kepada Jorge yang telah membangun sebuah kawasan tujuan wisata potensial di Lapa. Mengubah wajah tangga yang bobrok dan kumuh menjadi indah berhiaskan keramik dan porselen puluhan negara.
Hingga kini, sejumlah brosur promosi Rio selalu mencantumkan tangga Selaron sebagai salah satu tujuan, selain beberapa obyek terkenal, seperti Pantai Copacabana dan Ipanema. Obrigado, Jorge Selaron....
Terkini Lainnya
