Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Piala Dunia Jadi "Penyakit"...

Kompas.com - 24/06/2014, 13:23 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Sumber

PARIS, KOMPAS.com — Orang-orang mabuk berkeliaran di jalan, seiring kemenangan maupun kekalahan tim nasional negaranya dalam Piala Dunia 2014. Jejak Piala Dunia yang kadang-kadang memunculkan kerusakan ini sudah menjadi "epidemi" yang mengglobal, penyakit misterius yang muncul empat tahun sekali.

Wali Kota Bogota, Kolombia, misalnya, telah memerintahkan larangan penjualan minuman beralkohol selama Piala Dunia. Larangan ini dikeluarkan menyusul perkelahian dan kecelakaan mobil yang menewaskan 9 orang setelah tim nasional Kolombia menang 3-0 atas Yunani, Sabtu (14/6/2014).

"Kami ingin perayaan damai. Kita harus menolak kekerasan," kata Wali Kota Bogota Gustavo Petro. Setelah kemenangan atas Yunani tersebut, kepolisian Bogota mencatat setidaknya terjadi 3.000 perkelahian di jalan kota berpenduduk delapan juta orang itu.

Di Perancis, para migran yang menjadi fans tim nasional Aljazair memenuhi jalanan kota Paris dan kota-kota besar lainnya di Perancis, setelah Aljazair melibas Korea Selatan dengan skor 4-2, Minggu (22/6/2014).

Setidaknya 28 orang ditangkap polisi dalam kejadian ini. Pembubaran kerumunan di jalanan kota-kota di Perancis itu pun sampai menggunakan tembakan flare bahkan lemparan batu. Puluhan mobil terbakar dalam selebrasi ini.

Alkohol adalah pemicu tragedi lain dalam Piala Dunia 2014. Seorang fan Meksiko yang mabuk melompat dari dek kapal pesiarnya dan tewas, setelah tim nasional Meksiko ditahan imbang Brasil, Selasa (17/6/2014). Kapal pesiar itu mengangkut 3.500 orang Meksiko yang tinggal di kota-kota di Brasil antara Fortaleza dan Recife.

Di Nepal, polisi menangkap ratusan fans sepak bola yang mabuk dan mengemudi setelah begadang semalaman menonton laga Piala Dunia. Polisi di ibu kota negara di lereng Himalaya, Kathmandu, itu telah mencabut lebih dari 400 SIM fans sepak bola setempat, dalam sepekan. "Itu dua kali rata-rata angka mingguan," kata Basanta Pant, juru bicara divisi lalu lintas kepolisian.

Polisi Nepal juga menambah 100 personel tambahan untuk berjaga-jaga di setiap persimpangan utama Kathmandu, setiap menjelang pukul 04.00 dini hari. Penjagaan tambahan ini untuk mengantisipasi para penonton pertandingan Piala Dunia yang sudah kebanyakan menenggak minuman beralkohol terlibat perkelahian.

Dari Tiongkok, 5.200 kasus pengemudi mabuk dilaporkan hanya dalam tiga hari pertama Piala Dunia 2014 berlangsung. Angka ini meningkat 52 persen dibandingkan kasus serupa dalam rentang waktu yang sama pada Piala Dunia 2010, seperti dikutip China Daily. "Polisi lalu lintas akan melakukan tes acak pada siang hari untuk mencegah pengemudi mabuk di jalanan."

Jasa surat sakit palsu

Perbedaan waktu antara Brasil dan Tiongkok yang mencapai 12 jam juga memunculkan peluang bagi para penyedia surat keterangan sakit palsu untuk menyediakan surat itu bagi para penggemar Piala Dunia yang "tepar" karena begadang semalaman.

Pencarian melalui mesin pencari Baidu di Tiongkok mendapatkan ribuan hasil vendor yang menawarkan jasa penyediaan surat keterangan sakit dari rumah sakit dengan stempel resmi dan tanda tangan dokter. Layanan ini menyediakan katalog.

Direktur Eksekutif Federasi Pekerja Malaysia Shamsuddin Baradan mengatakan, ada kekhawatiran dari para pengusaha dan pemilik perusahaan tentang penurunan produktivitas selama Piala Dunia 2014 berlangsung. Federasi ini mewadahi pengusaha dengan sekitar sepertiga total tenaga kerja di Malaysia.

"Pekan pertama mungkin Anda tak merasakan apa-apa, tapi pada pekan kedua, ketiga, dan keempat. Kami perkirakan akan ada dampak negatif cukup tinggi," kata Shamsuddin.

Shamsuddin pun menyerukan para pekerja untuk selektif menonton pertandingan Piala Dunia, untuk meminimalkan dampak buruk terhadap produktivitas itu. Survei dari federasi ini mendapatkan 56 persen anggotanya mengalami penurunan produktivitas dan mengalami kerugian karenanya, selama penyelenggaraan Piala Dunia 2006 di Jerman.

Di Inggris, spesialis hukum ketenagakerjaan ELAS mengatakan, "demam" Piala Dunia sudah menjadi penyakit misterius yang menyerang setiap empat tahun sekali. "Demam" ini menurut lembaga tersebut berpotensi membebani perekonomian negaranya hingga 4 miliar poundsterling, setara lebih dari Rp 80 triliun.

Sementara itu, di Paris, Perancis, pemilik sebuah restoran kecil mengatakan, lima dari sembilan pegawainya gagal datang bekerja setelah Perancis menaklukkan Swiss dengan skor 5-2 pada Jumat (20/6/2014). "Sebagai fans saya senang mereka (tim nasional Perancis) menang. Sebagai pengusaha, saya khawatir," kata Arnaud Monthlery, pemilik restoran itu.

Di Australia, sebagian besar pertandingan Piala Dunia 2014 tayang pada tengah malam. Situasi yang terjadi karena jadwal siar itu terwakili oleh "cuitan" salah satu fans di sana, yang terjemahan bebasnya berbunyi, "PESAN UNTUK SEMUA PENGUSAHA: Harap bersabar dengan staf yang kelelahan hari ini (karena) mereka telah melewati malam drama olahraga."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Juventus Pecat Allegri, Angkat Paolo Montero Si 'Bodyguard' Zidane

Juventus Pecat Allegri, Angkat Paolo Montero Si "Bodyguard" Zidane

Liga Italia
Jadwal Siaran Langsung Persib Vs Bali United di Championship Series Liga 1

Jadwal Siaran Langsung Persib Vs Bali United di Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Al Nassr Vs Al Hilal: Ronaldo Assist, Mane Picu Penalti, Laga Seri

Al Nassr Vs Al Hilal: Ronaldo Assist, Mane Picu Penalti, Laga Seri

Internasional
Juventus Pecat Massimiliano Allegri, Dua Hari Usai Juara Coppa Italia

Juventus Pecat Massimiliano Allegri, Dua Hari Usai Juara Coppa Italia

Liga Italia
Hoffenheim Vs Bayern Muenchen, Laga Terakhir Tuchel dengan Die Roten

Hoffenheim Vs Bayern Muenchen, Laga Terakhir Tuchel dengan Die Roten

Bundesliga
Persib Vs Bali United, Wasit VAR Diharapkan Fair

Persib Vs Bali United, Wasit VAR Diharapkan Fair

Liga Indonesia
PSSI Ungkap Tanzania Lebih Responsif untuk Laga Uji Coba Timnas Indonesia

PSSI Ungkap Tanzania Lebih Responsif untuk Laga Uji Coba Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Thom Haye Hengkang, Urung Dilatih Robin van Persie di Heerenveen

Thom Haye Hengkang, Urung Dilatih Robin van Persie di Heerenveen

Liga Lain
Imbas Kritik Keuangan Barcelona, Xavi Hernandez Terancam Dipecat

Imbas Kritik Keuangan Barcelona, Xavi Hernandez Terancam Dipecat

Liga Spanyol
Semifinal Persib Vs Bali United, Momen Nick Kuipers Ajak Boxing Mohammed Rashid jelang Pertandingan

Semifinal Persib Vs Bali United, Momen Nick Kuipers Ajak Boxing Mohammed Rashid jelang Pertandingan

Liga Indonesia
Venezia Lepas Jay Idzes ke Timnas Indonesia, Meski Berjuang Lebih Dulu

Venezia Lepas Jay Idzes ke Timnas Indonesia, Meski Berjuang Lebih Dulu

Timnas Indonesia
Jadwal Semifinal Championship Series Liga 1, Persib Vs Bali United, Nick Kuipers Intip Peluang Menang

Jadwal Semifinal Championship Series Liga 1, Persib Vs Bali United, Nick Kuipers Intip Peluang Menang

Liga Indonesia
Hasil Thailand Open 2024: Gregoria Gugur, 2 Wakil Indonesia ke Semifinal

Hasil Thailand Open 2024: Gregoria Gugur, 2 Wakil Indonesia ke Semifinal

Badminton
Joel Matip dan Thiago Tinggalkan Liverpool

Joel Matip dan Thiago Tinggalkan Liverpool

Liga Inggris
Upaya FIFA Berantas Rasialisme: Larangan Bertanding hingga Gestur Tangan Menyilang

Upaya FIFA Berantas Rasialisme: Larangan Bertanding hingga Gestur Tangan Menyilang

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com