Hasil imbang 0-0 bertahan hingga akhir babak pertama, yang dihiasi banyak pelanggaran oleh pemain Australia.
Pada babak kedua, Irak yang awalnya kembali menekan Australia kemudian mengendurkan permainannya.
Hujan yang turun kian deras menyulitkan para pemain Irak sekaligus menguras tenaga mereka. Serangan-serangan Irak pun tidak terkoordinasi dengan baik, seperti pada babak pertama. Kondisi ini dimanfaatkan para pemain Australia dengan lebih menekan lawan. Masuknya Tomas Rogic dan Archie Thompson membuat serangan-serangan Australia lebih hidup. Namun, baru setelah Tim Cahill diganti Josh Kennedy, Australia kemudian bisa memetik kemenangan.
Bagi Irak, laga melawan Australia itu memang tidak menentukan lagi. Mereka sudah tersingkir dari putaran final Piala Dunia setelah kalah dari Jepang, pekan lalu.
Sementara pada laga Iran melawan Korsel, kedua tim sama-sama bermain agresif meski Korsel lebih banyak menekan. Namun, Iran dengan jeli dan cepat bisa melancarkan serangan balasan. Gol tunggal Iran dicetak setelah bek Korsel, Kim Young-won, membuat kesalahan sehingga
Korsel beberapa kali nyaris dapat membuat gol, tetapi penampilan gemilang penjaga gawang Iran, Rahman Ahmadi, dan barisan belakang Iran membuat berbagai upaya Korsel itu tak berbuah hasil hingga bubaran.
Semangat tinggi yang diperlihatkan para pemain Iran antara lain didorong juga oleh pernyataan pelatih Korsel Choi Kang-hee yang menyatakan diperlakukan buruk pada laga tandang Korsel ke Iran, Oktober tahun lalu. Pada laga tandang itu, Korsel dikalahkan Iran 0-1.
Kekalahan Korsel itu sekaligus juga kegagalan Choi Kang-hee mewujudkan janjinya untuk membalas kekalahan di Iran dan tekadnya untuk membuat kubu Iran menderita. Sebelum laga melawan Korsel dimulai, Iran praktis akan gagal ke Brasil bila kalah dari Korsel dan Uzbekistan menang atas Qatar.
Meski demikian, kubu Korsel sempat dibuat ketar-ketir menunggu hasil laga Uzbekistan versus Qatar. Pasalnya, Uzbekistan menang 5-1 pada menit-menit terakhir dan hanya butuh dua gol lagi untuk menyingkirkan Korsel.