Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bambang Pamungkas dan Ironi Lambang Garuda

Kompas.com - 02/04/2013, 06:55 WIB

"Pada akhirnya, saya memang harus menerima kenyataan bahwa tidak ada satu gelar bergengsi yang mampu saya berikan untuk Indonesia. Dan oleh karena itu, seperti yang pernah saya janjikan, saya akan berteriak dengan lantang jika saya adalah generasi yang gagal," kata Bepe.

Ironi
Meskipun kerap dinaungi kalimat kegagalan dalam perjalanan timnas mencari secercah prestasi, perjuangan Bepe ini rasanya patut diapresiasi. Lihat saja, bagaimana dirinya dengan berani mengambil risiko demi Merah Putih. Ia menilai, sebagai pemain sepak bola, membela Tanah Air di kancah internasional adalah sebuah keharusan.

Para pesepak bola terbaik bangsa pada akhirnya memang dapat kembali bersatu dalam satu bendera timnas seiring dengan peleburan PSSI-KPSI beberapa waktu lalu. Bepe pun merasa sangat bahagia melihat para pemain nasional kembali bergairah untuk memenuhi panggilan negara. Pun halnya dengan gegap gempita Stadion Utama Gelora Bung Karno yang kembali terang benderang oleh luapan seluruh pendukung merah putih.

Namun, ini bukan akhir dari segalanya. Karena jika dalam benak sejumlah pengurus sepak bola Indonesia hanya ada soal menang-kalah atau kekuasaan, prestasi timnas masih akan terus menjadi mimpi dan angan-angan. Toh, sejatinya, bagaimana mau berprestasi jika organisasi atau timnas dihuni oleh pengurus yang telah kenyang kegagalan selama puluhan tahun.

Teranyar, lihat saja lelucon dari para pengurus Badan Tim Nasional yang sempat membuat polemik di kursi kepelatihan timnas sebelum laga melawan Arab Saudi pada Pra-Piala Asia 2015 beberapa waktu lalu. Belum lagi, soal masalah pembayaran uang saku para penggawa skuad Garuda yang tampil pada pada pertandingan itu.

Bukannya segera mencari solusi, sama seperti sebelumnya, yang ada sejumlah pengurus sepak bola yang mirip politisi daripada pamong olahraga sejati itu justru saling tuding dan klaim saling benar. Inilah salah satu faktor yang membuat sepak bola Indonesia nir gelar.

Padahal, kalau mau sedikit berbesar hati, mau siapa pun yang memenangkan polemik itu, tetap orang Indonesia yang menjadi "juara" jika timnas berprestasi. Sebaliknya, akan bersifat mutlak jika para penggawa Merah Putih menelan kekalahan di lapangan karena itu juga berarti kekalahan pula bagi seluruh pengurus sepak bola dan publik seantero negeri ini.

Namun, terlepas dari sejumlah ironi itu, kini kita sama-sama berharap seluruh persoalan di tubuh PSSI bisa cepat diatasi agar prestasi timnas tidak terus mati suri. Sudah saatnya 240 juta masyarakat Indonesia melihat berita prestasi sepak bola terpampang di media nasional, bukan justru polemik ataupun intrik yang berasal dari para pengurusnya.

Hanya harapan besar dan doa yang bisa diucapkan kepada para pengurus PSSI maupun timnas agar mereka dengan tulus bisa mencintai sepak bola dengan sepenuh hati, bukan hanya cinta sesaat demi kepentingan pribadi. Mereka harus sadar, sama seperti Bepe, setiap peluh keringat yang jatuh dari tubuh para anak bangsa di lapangan sepak bola mempunyai satu tujuan sama, yaitu berjuang mencari secercah prestasi demi lambang Garuda di dada.

"Selamat berjuang untuk talenta-talenta terbaik sepak bola Indonesia. Kibarkanlah panji-panji kebesaran sepak bola kita setinggi-tingginya. Bermainlah untuk dirimu, orang-orang yang kamu cintai (keluarga), dan lambang Garuda di dadamu (rakyat Indonesia)." - Bambang Pamungkas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com