Joget Harlem Shake, Jurnalis Semarang Lawan Kekerasan

SEMARANG, KOMPAS.com - Puluhan jurnalis berbagai media massa di Kota Semarang melakukan aksi solidaritas atas kejadian yang menimpa wartawati Paser TV, Nurmilasari Wahyuni (23). Seperti diberitakan sebelumnya, Yuni harus keguguran akibat kekerasan yang dialaminya saat bertugas.

Aksi solidaritas ini dilakukan dalam bentuk joget harlem shake ini dilakukan sebagai cerminan perlawanan atas kekerasan terhadap jurnalis yang selalu berulang terjadi, digelar di Jalan Pahlawan Semarang, Senin (4/3/2013).

Koordinator aksi Arif Nugroho mengatakan, aksi dilakukan berdasar momentun terjadinya lagi kekerasan pada jurnalis yang sedang bertugas. "Apapun alasannya tetap tidak dibenarkan adanya kekerasan pada jurnalis, apalagi mereka yang sedang melakukan tugas," tandasnya.

Kenapa harlem shake? Menurut Arif karena joget tersebut sedang tenar sehingga diharapkan pesan dari aksi ini bisa mudah disampaikan. Arif mengatakan joget harlem shake bukan saja suatu yang riang gembira, melainkan bisa sebagai bentuk ekspresi perlawanan dan penderitaan.

"Aksi ini sebagai bentuk perlawanan dan tuntutan dihentikannya kekerasan pada jurnalis, diharapkan tidak ada lagi dan tidak terjadi lagi," katanya.

Aksi ini dimulai dengan empat orang jurnalis yang berdiri bertelanjang dada, dan di dadanya bertuliskan S-A-V-E. Kemudian muncul seseorang mengenakan topeng dari kardus dengan emoticon sedih yang menari tanpa gerakan beraturan.

Lalu terdapat aksi teatrikal yang menggambarkan adanya kekerasan pada jurnalis, terutama jurnalis perempuan yang sedang hamil. Aksi itu juga diiringi musik harlem shake.

Seperti diberitakan sebelumnya, Nurmilasari Wahyuni mengalami keguguran usai mendapat kekerasan dari sedikitnya 16 orang. Wartawati tersebut sedang melaksanakan tugas peliputan kasus sengketa tanah dan juga pemukulan warga oleh salah satu pihak bersengketa.