Laga di Stadion Santiago Bernabeu, Rabu (30/1) malam, juga menunjukkan bagaimana kuatnya Real Madrid meskipun kondisi internal klub tengah digoyang isu perpecahan yang bersentral pada sosok pelatih Real Madrid Jose Mourinho.
El clasico dalam babak semifinal laga pertama Copa del Rey pun berjalan sesuai dengan harapan penonton: seru, menegangkan, dan menghibur.
Sebelum laga dimulai, Mourinho dipaksa memutar otak mencari pengganti lima pilar utama yang absen karena hukuman akumulasi kartu kuning dan cedera, yakni penjaga gawang Iker Casillas, bek Sergio Ramos, Pepe, dan Marcelo, serta gelandang Angel de Maria.
Mourinho pun menjawab tantangan dengan strategi yang mengejutkan. Di bawah mistar, Mourinho tidak memasang Antonio Adan, tetapi memercayakan posisi ini kepada Diego Lopez, pemain yang baru direkrut dari Sevilla.
Lopez membalas kepercayaan tersebut dengan tampil gemilang dalam debutnya. Berkali-kali dia berjibaku menahan gempuran pemain Barcelona. Walau akhirnya kebobolan satu gol, secara keseluruhan Lopez gemilang.
”Ia (Lopez) memberikan rasa tenang. Ia sudah lama bermain di divisi atas dan telah memperlihatkan kualitas yang ia miliki, dan tim tahu apa kemampuannya. Pengalaman dan ketenangan Diego telah membuktikan bahwa keputusan kami tidaklah keliru,” kata Asisten Pelatih Real Madrid Aitor Karanka.
Untuk posisi bek kanan yang biasa diisi Ramos, Mourinho lebih memilih Michael Essien, pemain pinjaman asal Chelsea yang sebenarnya lebih sering tampil sebagai pemain gelandang bertahan. Essien tampil bagus. Ia berkali-kali mematikan pergerakan Lionel Messi, Andres
Di bek kiri, Mourinho memercayakan Arbeloa untuk memainkan peran Marcelo. Meski tidak seagresif Marcelo dalam membantu serangan dari lini kiri, Arbeloa tampil taktis meredam pergerakan bek sayap kanan Barcelona, Dani Alves.