Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaji Pemain Belum Dibayar Kok Kompetisi Berjalan?

Kompas.com - 06/01/2013, 18:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah didesak mengevaluasi kembali perihal perizinan kompetisi sepak bola Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini berbagai masalah masih terus menghinggapi kompetisi tersebut, termasuk persoalan banyaknya gaji para pemain yang hingga kini masih ditunggak oleh pihak klub kompetisi tersebut.

Demikian disampaikan anggota tim legal Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI), Janes Silitonga, dalam diskusi "Berlabel Profesional tapi Gaji Diutang" di Kantor Kontras, Jakarta, Minggu (6/1/2013). Hadir juga dalam acara tersebut Ketua APPI, Valentino Simanjuntak, anggota Save Our Soccer (SOS) Emerson Juntho, anggota Lembaga Kajian dan Pengembangan Keolahragaan Indonesia, Richard Achmad.

Janes mengatakan, sikap pemerintah melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) membingungkan. Maklum saja, kedua lembaga itu sempat mengancam tidak memberikan izin penyelenggaran musim baru kompetisi Indonesia Super League dan Indonesian Premier League (IPL)  jika kedua operator liga tersebut tidak menyelesaikan permasalahan gaji pemain.

"Tapi, Plt Kemenpora, Agung Laksono berubah hanya dalam hitungan jam pada Jumat (4/1/2012). ISL musim 2012/2013 pun diizinkan kick off mulai hari ini meski masih menyisakan banyak masalah pada musim sebelumnya. Ini bagaimana, gaji para pemain masih menunggak kok mereka malah jalankan kompetisi," kata Janes.

APPI sebelumnya merilis data tunggakan gaji pemain sejumlah klub ISL dan IPL. PSPS Pekanbaru menjadi klub paling bersamalah karena telah menunggak gaji pemain selama 10 bulan. Selain PSPS, Persidafon Dafonsoro juga masih menunggak gaji selama sembilan bulan, PSMS Medan ISL (delapan bulan), Deltras dan Arema ISL (enam bulan) dan Persija Jakarta (lima bulan).

Khusus Persija, beberapa waktu lalu dua bintangnya, Bambang Pamungkas dan Ismed Sofyan telah memboikot untuk bermain karena gajinya belum dibayar selama lima bulan. Sikap itu pun diikuti delapan pemain Macan Kemayoran lainnya, yakni Amarzukih, Leo Saputra, Ramdhani Lestaluhu, Andritany Ardhiyasa, Rahmad Affandi, Johan Juansyah, AA Ngurah Wahyu, dan Galih Sudaryono.

Janes menilai, seharusnya sebelum kompetisi itu dilaksanakan seluruh hak pemain yaitu gaji-gajinya bisa lebih dulu dilunasi. Setiap klub, kata dia, seharusnya bisa bersikap profesional dengan memperhatikan hak-hak para pemainnya jika ingin disebut sebagai kompetisi profesional.

"Tolong pemerintah, Menpora, BOPI, klub, dan federasi (PSSI). Kita ingin hanya setiap kesepakatan para pemain dengan klubnya ini dipenuhi. Coba lihat bagaimana 'profesionalisme' klub ketika Bepe dan sembilan pemain lainnya menolak bermain lalu manajemen klub malah mencari pemain lain menggantikan mereka. Kalau seperti ini sama saja gali lubang tutup lubang," sesalnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com