JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) meminta PT Liga Indonesia menskors Persis Solo dari kompetisi Divisi Utama musim depan. Hal ini terkait meninggalnya bomber Persis, Diego Mendieta, Selasa (4/12/2012) dini hari.
"Kita minta Persis tidak ikut liga dulu pada musim depan. Jadi, kami akan meminta laporannya dari PT Liga Indonesia," kata Penjabat Sementara Ketua Umum BOPI, Haryo Yuniarto, Rabu (5/12/2012).
PT Liga Indonesia telah memenuhi hak Mendieta, yakni uang kontrak yang sebelumnya belum dibayarkan oleh Persis. "Kemarin, saya sudah menghubungi (CEO PT Liga Indonesia), Joko Driyono, bahwa mereka telah memenuhi tunggakan Persis, yakni Rp 120 juta. Sementara Wali Kota Solo yang pernah menjadi Ketua Umum Persis, FX Hadi Rudyatmo, serta Pasoepati (sebutan pendukung Persis) telah membayar biaya rumah sakit. Karena haknya sudah dipenuhi, kita anggap masalah ini selesai," beber Haryo.
Berkaca dari pengalaman ini, Haryo menyatakan, BOPI meminta PT Liga Indonesia dan PT Liga Prima Indonesia Sportindo agar kejadian semacam ini tidak terulang pada musim depan.
"Saya minta LPIS dan ISL memperhatikan ini agar jangan ada kasus seperti ini lagi pada musim depan. Jangan coba-coba bermain dengan tidak menyelenggarakan secara terbuka dan benar. Bukan tidak mungkin juga kami tidak akan menurunkan izin menggelar kompetisi pada musim depan seandainya PT Liga Indonesia dan PT LPIS tak memenuhi kewajibannya kepada pemain," tuturnya.
Sebagaimana diberitakan, Diego Mendieta mengalami masalah kesehatan sejak November lalu dan menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit. Awalnya, Mendieta didiagnosis menderita tifus. Meski sempat pulang, ia kembali masuk rumah sakit. Penyakitnya kemudian tidak teridentifikasi. Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Dokter Moewardi dan dirawat di sana hingga mengembuskan napas terakhir.
Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Dr Moewardi Solo, Ahmad Guntur Hermawan, mengatakan, Diego terkena serangan virus Cylomegalo dan jamur Candidiasis. Menurutnya, virus itu menyerang mata hingga otak dan jamur tersebut menyerang kerongkongan dan saluran pencernaan.
"Saat dirujuk Moewardi, almarhum sudah dalam kondisi lemah," ujar Ahmad, di Solo, Selasa (4/12/2012).
Salah satu hal yang membuat penyakit Diego terputus-putus hingga menjadi semakin parah adalah kurangnya biaya karena belum menerima gaji. Kasus ini juga menjadi perhatian internasional.
Federasi Pesepak Bola Profesional Dunia (FIFPro) menilai insiden tersebut sangat memalukan. "Jika benar kabar bahwa kematian Diego karena adanya kelalaian dari klubnya, hal ini sangat memalukan," ujar Sekretaris Jenderal FIFPro representatif Asia, Frederique Winia, dalam situs resmi FIFPro.
"Saya mengetahui banyak cerita para pemain yang sengaja tidak dibayar oleh klubnya dan mereka harus menunggu berbulan-bulan untuk menerima gaji. Tetapi, saya belum pernah mendengar cerita seorang pemain yang sedang sakit diabaikan oleh klubnya," tambah Winia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.