KOMPAS.com - Belum pernah lelaki berwajah panjang dengan sorot mata sayu itu terlihat sumringah. Begitu paling tidak kesan yang dicatat Reuters, 6 Juni lalu, mengenai Andrea Pirlo.
Wawancara dengan pemain tim nasional Italia berusia 33 tahun itu sejarang senyum di wajahnya. Namun, jangan tanya besarnya rasa kehilangan tim jika dia tak turut bermain.
Peran dan tanggung jawabnya sebagai playmaker tak perlu dipertanyakan. Cukup dibuktikannya di lapangan. Datang ke Juventus pada awal musim 2011-12 dengan status bebas transfer memberikan kontribusi yang besar untuk keberhasilan "The Old Lady" meraih scudetto musim itu.
AC Milan, klub yang ditinggalkannya, hanya mampu gigit jari karena kehilangan tukang gedor terhebat yang diakui se-Italia, bahkan Eropa, hingga putaran perempat final Piala Eropa 2012 ini.
Lihat saja gol-gol timnas Italia di Polandia-Ukraina sampai babak perempat final. Hampir sebagian besar gol-gol itu terjadi melalui pelayanannya. Pirlo dikenal sebagai pemain yang jeli dalam membaca permainan dan cermat melihat posisi terbaik untuk menyokong terciptanya gol. Dia juga dikenal mempunyai tendangan bebas yang akurat.
Dalam laga terakhir melawan Inggris saja, Minggu (24/6/2012), Pirlo mencatatkan 117 pasing, 120 menit permainan dan menjelajah sejauh 15,21 km. Italia benar-benar dimanjakan dengan umpan-umpan akuratnya yang bahkan bisa mencapai 40 meter kepada Antonio Cassano, Antonio Di Natale, atau Mario Balotelli.
Pelatih timnas Italia, Cesare Prandelli, pun melontarkan pujian kepada Pirlo untuk penampilan yang gemilang di Piala Eropa 2012 sejauh ini.
"Dia (Pirlo) sangat tenang. Dia merupakan bintang sepak bola yang tahu benar apa yang harus mereka lakukan dan dia melakukannya," ungkapnya seperti dilansir Reuters, Senin (25/6/2012).
"Silent leader"
Lahir di Lombardy, Italia, 19 Mei 1979, Pirlo datang dari keluarga berada. Dia tak pernah ditentang untuk menekuni karier dalam sepak bola. Oleh karena itulah, Pirlo serius menjadi seorang pesepak bola profesional.
Pirlo memulai karier juniornya di Brescia Calcio, sebuah klub di Brescia, Italia, pada tahun 1994. Setelah sempat bergabung satu tahun di tim senior Brescia, Pirlo dipinang Inter Milan pada tahun 1998 dan sempat menyandang pemain pinjaman ke Reggina dan Brescia.
Namun, pada tahun 2001, Milan meminangnya dengan nilai sekitar 18 juta euro pada tahun 2001. Pirlo menemukan permainan terbaiknya setelah dilatih oleh Carlo Ancelotti sebagai seorang playmaker.
Dia bermain bersama "I Rossoneri" selama satu dekade dan berhasil membawa pulang dua gelar Serie A dan dua gelar Liga Champions di San Siro selain piala Coppa Italia dan gelar FIFA Club World Cup.
Kekecewaannya pada pelatih Massimiliano Allegri karena memintanya berganti posisi membuatnya kemudian menolak perpanjangan kontrak dan pergi ke Turin.
Sementara itu, Pirlo sudah bermain untuk negaranya ketika bergabung di timnas Italia U-15. Pengabdiannya terus berlanjut dan timnas U-21 menjadi batu lompatan menuju timnas senior. Puncak karier internasionalnya bisa dibilang terjadi saat dirinya berhasil membawa "Gli Azzuri" menjadi juara Piala Dunia 2006 bersama pelatih Marcello Lippi.
Italia pun terlalu bergantung pada Pirlo. Pasukan Lippi di laga pembuka Piala Dunia 2010 tergoncang ketika dia tak bisa tampil karena cedera.
Lippi-lah yang memberikan julukan "The Silent Leader" kepadanya. Jarang mengobral senyum, cenderung menolak tampil di televisi hingga tak punya akun Facebook ataupun Twitter melatarbelakanginya.
"Pirlo adalah pemimpin yang cenderung diam di lapangan. Kakinya yang berbicara untuknya," ungkap Lippi.
Batas dari publik
Maka tak heran, hanya sedikit informasi pribadi Pirlo, termasuk keluarganya, yang bisa diperoleh. Pirlo menikahi Debora Roversi pada tahun 2001. Kini, mereka sudah dianugerahi dua orang anak. Anak laki-laki yang lahir tahun 2003 bernama Niccolo, serta seorang anak perempuan bernama Angela yang lahir pada tahun 2006.
Sejumlah foto tangkapan paparazzi mengenai aktivitas keluarganya tak sebanyak bintang-bintang sepak bola lainnya. Informasi pribadinya juga demikian. Dan Pirlo pun mengakui hal itu.
"Saya membatasi diri, ke ruang ganti dan ke lapangan, itu batas-batas yang saya buat," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.