Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soeratin, Pendiri PSSI yang Rela Hidup Miskin

Kompas.com - 21/04/2012, 05:03 WIB

BATU nisan tua di Kompleks Pemakaman Umum Muslim Sinaraga Bandung, Jawa Barat, itu tampak tenang dan membisu. Semilir angin menambah sejuk suasana di Blok A TPU di kota berpenduduk sekitar dua setengah juta jiwa tersebut. Rindangnya pohon di pojok makam seakan melindungi jasad pahlawan di dalam kotak batu berukuran 2 x 1,8 meter yang dikelilingi pagar hitam.

Di tempat itulah, Ir Soeratin Sosrosoegondo beristirahat dengan tenang. Kisah hidup pendiri sekaligus Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) pertama itu memang penuh keprihatinan. Ia harus rela hidup dalam kesulitan ekonomi hingga akhir hayat. Untuk menebus obat, ia pun harus menelan ludah bulat-bulat. Tidak ada yang dia tinggalkan, kecuali organisasi yang sangat dicintai, yakni PSSI. Organisasi besar yang menjadi media perjuangan bangsa, tapi kini seolah menjadi ajang politisasi para generasi pengurus yang tinggal mengunduh hasilnya.

Lahir di Yogyakarta pada 17 Desember 1898, Soeratin besar di lingkungan terpelajar. Ayahnya, R Sosrosoegondo, yang juga penulis buku Bausastra Bahasa Jawi, adalah guru pada Kweekschool. Istrinya, RA Srie Woelan, adalah adik kandung dari salah satu pendiri Budi Utomo, Dr Soetomo. Soeratin pun merintis pendidikannya dengan cukup serius.

Tamat dari Koningen Wihelmina School (KWS) di Jakarta pada 1920, Soeratin melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi teknik di Hecklenburg, Jerman. Tujuh tahun menimba ilmu di negeri seberang, ia kemudian kembali ke Tanah Air dengan gelar insinyur sipil pada 1928.

Dengan gelar itu, karier Soeratin bisa dibilang cukup sukses karena merupakan satu-satunya pribumi yang memiliki posisi tinggi dalam perusahaan konstruksi milik Belanda, bernama Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada di Yogyakarta. Digaji tinggi sebesar 1.000 gulden, ia juga beberapa kali turut andil dalam membangun beberapa infrastruktur di Nusantara, seperti membangun jembatan dan gedung di Tegal dan Bandung.

Berjuang
Soeratin juga rajin ikut berorganisasi. Dalam sejumlah pertemuan dengan kelompok pemuda yang ingin mencari cara bebas dari belenggu kolonial, ia dikenal sebagai sosok yang mempunyai nasionalisme tinggi. Di tengah semangat Sumpah Pemuda yang menggelora, Soeratin berpikir keras mencari cara menyatukan Nusantara yang sudah terpecah belah karena taktik devide et impera milik Belanda.

Pada awal 1930, Soeratin akhirnya mempunyai gagasan cemerlang, yaitu menggalang semangat nasionalisme dengan cara berbeda. Ia berpendapat bahwa kehormatan bangsa bukan cuma urusan perang senjata semata, tetapi juga bisa disalurkan melalui olahraga yang begitu digandrungi di Eropa, bernama sepak bola.

Atas dasar ide itulah, pada 19 April 1930, dibentuk Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (sekarang PSSI) sebagai realisasi konkret Sumpah Pemuda. Di saat iparnya, Dr Soetomo, mengelilingi Pulau Jawa untuk menekankan pentingnya pendidikan yang pada akhirnya menghasilkan berdirinya Budi Utomo, Soeratin juga melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.

Dalam kongres pertama di Societit Hadiprojo, Yogyakarta, yang diikuti tujuh pengurus klub pribumi, di antaranya VIJ Jakarta (Voetbalbond Indonesche Jakarta), BIVB Bandung (Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond), IVBM (Indonesche Voetbalbond Magelang), MVB (Makassar Voetbal Bond), SIVB (Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond), VVB (Vorstenlandsche Voetbal Bond), dan PSIM (Yogyakarta), Soeratin ditunjuk sebagai Ketua Umum pertama PSSI. Seiring perjalanannya, ia pun terus dipilih menjadi ketua umum selama 11 kali berturut-turut hingga periode 1940.

Pilihan
Kegiatan mengurusi PSSI yang cukup sibuk dengan digulirkannya beberapa kompetisi rutin sejak 1931, pada akhirnya membawa Soeratin pada sebuah pilihan. Kinerjanya di perusahaan konstruksi milik Belanda mengendur. Kondisi itu memang bukan situasi sederhana. Meninggalkan pekerjaan tidak hanya membuat Soeratin kehilangan asupan finansial bagi diri dan keluarganya, tetapi juga akan dapat berimbas pada pasokan dana bagi kegiatan PSSI berkurang.

Namun, karena kecintaan pada sepak bola itulah Soeratin, yang memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, akhirnya bertaruh untuk memutuskan keluar dari perusahaan tersebut dan lebih memilih mendirikan usaha sederhana sendiri. Padahal, gajinya di perusahaan itu sangat besar dan memantapkan posisinya sebagai priayi.

Di titik inilah, pertaruhan antara nasionalisme dan materi terjadi dalam kehidupan Soeratin. Hanya satu yang jadi tujuan bagi Soeratin, yakni agar Nusantara melalui sepak bola tak menjadi pecundang di antara sejumlah negara besar di dunia.

Pilihan itu tepat, karena pada akhirnya Nusantara mampu berbicara di tingkat dunia, melalui keikutsertaannya di Piala Dunia 1938 di Perancis. Sejumlah negara seperti Jepang, China, Hongkong, hingga dataran Korea pun bertekuk lutut oleh talenta Indonesia yang waktu itu masih memakai nama East Indies. Nusantara kemudian dapat unjuk gigi di pentas dunia, karena mampu menjadi pionir bagi Asia untuk mengenal sepak bola.

Pada 1940, Soeratin pindah tugas ke kampung halamannya di Bandung dan jabatannya sebagai Ketua PSSI diambil alih oleh Artono Martosoewignyo. Ketika itu, kehidupan Soeratin menjadi serbasulit. Rumahnya sempat diobrak-abrik tentara Belanda, karena aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dianggap musuh oleh Belanda.

Pengabdian Soeratin bagi bangsa pun masih besar di hari tuanya. Ia menyanggupi permintaan Ir Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949. Akan tetapi, dengan tubuh yang semakin renta, pekerjaan itu sedikit berat. Apalagi, ketika itu perjuangan fisik melawan Belanda terus terjadi. Setelah sekian lama sakit dan tidak mampu menebus obat, Soeratin meninggal dunia pada 1 Desember 1959 dalam kemiskinan.

Hidup tenang
Tahun ini, sudah 52 tahun Soeratin meninggalkan kita, dan selama 82 tahun juga PSSI telah menjadi bagian dari kehidupan sejarah panjang Indonesia. Meskipun pada akhirnya, dewasa ini berbagai persoalan dan konflik tidak kunjung berhenti menghinggapi salah satu organisasi yang paling dicintai publik sepak bola tersebut. Perseteruan PSSI dan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) seperti telah membuat mati warisan sejarah emas delapan dekade silam.

Soeratin memang sempat meramalkan bahwa PSSI tidak pernah lepas dari persoalan, karena setiap kepengurusan pasti mempunyai pandangannya masing-masing. Tetapi, alangkah baiknya semangat persatuan dan kesatuan harus tetap menjadi jati diri atau identitas PSSI. Alangkah bijaknya jika kedua pengurus yang bertikai itu sadar bahwa sepak bola adalah harga diri bangsa.

Soeratin tidak pernah meminta kekayaan meski harus mati dalam kemiskinan. Tak pernah pula, Soeratin memproklamasikan diri sebagai pahlawan. Ia hanya ingin memperjuangkan semangat puluhan juta pemuda Nusantara demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia. Ia ingin memberi dan mengalirkan gagasan agar makna sesungguhnya dalam sepak bola dapat jadi warisan emas bagi anak cucu bangsa.

Kini, di tengah kisruh dan kekacauan akibat ulah kedua pengurus itu, Soeratin seakan menepi. Sudah sepantasnya sang pahlawan kini hidup tenang oleh kedamaian karena tidak harus menjadi saksi hidup perseteruan PSSI dan KPSI. Kesederhanaan dan jiwa nasionalismenya itu sepertinya sudah cukup mewarisi kekalnya kisah indah sepak bola yang melahirkan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Terima kasih Ir Soeratin. Semoga kebesaran PSSI bisa menyadarkan sejumlah pengurus yang hanya mementingkan citra dan jabatan semata. Satu hal pasti bahwa namamu akan tetap harum dalam makam yang kaya akan sejarah emas sepak bola Indonesia.

Engkau memang sudah tiada. Tetapi, karyamu tetap menjadi inspirasi dan semangat untuk mengangkat kebesaran bangsa lewat sepak bola. Sayang, inspirasi dan warisan besar itu seolah dilupakan oleh pihak-pihak bertikai di tubuh sepak bola saat ini dengan tujuan yang tak jelas arahnya. Bagi mereka, warisanmu sudah mati, karena hati nurani mereka juga sudah mati.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indonesia Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Senam 2025

Indonesia Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Senam 2025

Sports
Daftar Peraih Penghargaan Piala Asia U23 2024: Pembobol Gawang Indonesia Top Skor

Daftar Peraih Penghargaan Piala Asia U23 2024: Pembobol Gawang Indonesia Top Skor

Internasional
Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan, Sejarah Baru

Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan, Sejarah Baru

Internasional
Babak I Jepang Vs Uzbekistan 0-0: Tembok Serigala Masih Tak Tertembus

Babak I Jepang Vs Uzbekistan 0-0: Tembok Serigala Masih Tak Tertembus

Internasional
VFF Tunjuk Kawan Lama Shin Tae-yong Jadi Pelatih Timnas Vietnam

VFF Tunjuk Kawan Lama Shin Tae-yong Jadi Pelatih Timnas Vietnam

Internasional
Aspek yang Harus Disiapkan Timnas U23 Indonesia Jelang Lawan Guinea

Aspek yang Harus Disiapkan Timnas U23 Indonesia Jelang Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Internasional
Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Badminton
Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Badminton
Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Badminton
Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Badminton
Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Badminton
'Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang'

"Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com