Tidak ada satu pun panitia yang ada di lokasi kejadian saat peristiwa itu terjadi. Pihak panitia juga tidak berusaha menolong atau pun menemani Helmi mengurus jenazah Reno. Helmi tampak sendirian menunggu jenazah Reno di dalam ambulans yang ditinggal begitu saja. Ia dengan kesal menyebut sikap panitia ini konyol.
"Konyol banget! Sudah tahu ini final, orang pasti akan banyak yang datang. Sebelum-sebelumnya saya nonton bola dengan tenang, tapi yang ini konyol!" kata Helmi.
Sementara itu, belasan orang lainnya pingsan baik di dalam stadion maupun usai berdesak-desakan. Di beberapa tempat, aparat medis tampak terlambat datang karena sulitnya komunikasi akibat sinyal yang buruk, sementara tidak seluruh petugas dilengkap HT.
Pertanyaan pun kemudian menyeruak. Mengapa sistem pengamanan malam itu kacau balau? Apakah panitia tidak belajar dari kasus-kasus terdahulu? Apakah panitia dan polisi sama sekali tidak mengantisipasi lonjakan penonton? Tidak berhargakah nyawa dua orang penonton itu untuk dilindungi?
Penonton tidak bisa disalahkan. Mereka datang untuk mendukung timnya, kebanyakan dari mereka pun berusaha membeli tiket tapi akhirnya tidak kebagian. Kemana panitia saat penonton kesulitan?
Sementara pantauan Kompas.com, panitia justru berjubel di VIP Barat dan VIP Timur. Mereka asyik berfoto-foto, tanpa tahu ada peristiwa haru di luarnya. Keseriusan panitia penyelenggara SEA Games yaitu Inasoc pun dipertanyakan. Perhelatan seakbar SEA Games tentunya panitia harus kembali melihat pekerjaan rumahnya terdahulu.
Penjualan tiket yang selalu berujung rusuh karena dinilai tidak efektif, kesimpangsiuran informasi, dan kealpaan panitia saat kericuhan menjadi pekerjaan rumah yang selalu tak terselesaikan. Harusnya, panitia berkaca final sepak bola yang mempertemukan dua musuh bebuyutan harus disiapkan dengan matang. Sebanyak 5.557 personel kepolisian, Satpol PP, dan TNI pun tak mampu membendung kemarahan penonton.
Alhasil, masyarakat tidak hanya kecewa dengan kekalahan Indonesia di tangan Malaysia, tetapi juga kecewa betapa menonton sepak bola di Indonesia bagaikan aksi bunuh diri, sama sekali tidak ada jaminan keselamatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.