Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari "Kegilaan" Mourinho

Kompas.com - 15/09/2011, 05:15 WIB

Oleh ANTON SANJOYO

Pelatih tim nasional sepak bola Indonesia, Wim Rijsbergen, bolehlah sesekali belajar dari Jose Mourinho. Untuk tahap sekarang, tidak perlu repot-repot mempelajari cara dan gaya melatihnya, apalagi kegeniusannya menangani tim. Cukup belajar dari ”kegilaan” Mourinho dalam peran utamanya sebagai pelatih kepala.

Sebagai ”jenderal” sebuah tim, Mourinho benar-benar brilian. Bukan saja penerapan taktik dan pemilihan pemain yang jarang sekali meleset serta analisisnya terhadap kekuatan lawan yang selalu akurat, melainkan juga dari sisi nonteknis, pria Portugal yang perlente ini sungguh pemimpin yang ideal. Dengan sikapnya yang congkak tetapi penuh kualitas, Mourinho selalu menempatkan diri sebagai ”sasaran tembak” di hampir semua kesempatan. Sengaja atau tidak, dengan desain seperti itu, hampir tidak ada kontroversi tim yang tidak bersumber dari dirinya. Dengan strategi ini, Mourinho secara cerdik melindungi pemainnya dari serangan pers, penonton, bahkan pemilik klub.

Saat melatih Chelsea (2004-2007), pemilik nama lengkap Jose Mario dos Santos Felix Mourinho ini mati-matian menjadi ”bumper” bagi Didier Drogba dan Arjen Robben yang dihajar terus oleh pers Inggris sebagai aktor diving. Saat semua sorotan mengarah kepada dua pemainnya itu, Mourinho tampil ke depan dan membuat kontroversi baru dengan melontarkan kecaman terhadap perilaku pers Inggris. Dalam sekejap, kontroversi Drogba-Robben beralih kepada sang manajer.

Sadar atau tidak, pers Inggris yang terkenal galak itu telah diperdaya oleh taktik jitu Mourinho yang mengalihkan isu Drogba-Robben ke kontroversi dirinya. Di lain sisi, sebagai tim, kondisi nonteknis Chelsea tetap terjaga. Para pemain tetap bisa berkonsentrasi penuh pada pertandingan.

Tidak satu-dua kali Mourinho bermanuver seperti ini. Dia juga piawai ”melindungi” bos besarnya, Roman Abramovich, juragan Rusia pemilik ”The Blues”. Riuh dikecam karena dianggap membeli Chelsea semata demi alasan bisnis, Abramovich terhindar dari hantaman badai kritik yang lebih dahsyat juga berkat taktik ulah Mourinho yang tiba-tiba melontarkan perang urat saraf dengan Manajer Manchester United Alex Ferguson.

Tanpa peduli citranya hancur lebur, Mourinho membuat Chelsea sebagai tim kuat dan utuh serta tahan menghadapi segala problem nonteknis. Sebagai pemimpin, Mourinho sungguh berani tampil seorang diri melindungi timnya. Kemudian kita semua tahu, di tangan Mourinho, The Blues kembali menjadi juara Liga Inggris setelah 50 tahun berkutat di papan tengah.

Seakan menjadi bagian erat dari karakternya yang unik, Mourinho juga berseteru dengan banyak pihak saat menangani Internazionale Milan (2008-2010). Dia bertikai dengan sejumlah pelatih, Luciano Spalletti, Claudio Ranieri, dan Carlo Ancelotti. Dia juga berseteru dengan pers Italia yang disebutnya ”prostitusi intelektual”. Entah by design entah tidak, semua kontroversi Mourinho telah melindungi Inter dari isu-isu nonteknis yang mengganggu soliditas tim. Kemudian kita juga tahu, Inter mendominasi Serie A. Bahkan, pada musim 2009-2010, ”Nerazzurri” mencatat sejarah merebut treble winner, di antaranya juara Liga Champions.

Dibandingkan Rijsbergen, Mourinho kalah jauh dari sisi pengalaman sebagai pemain. Tidak seperti meneer Belanda itu, Mourinho tidak pernah menjadi pemain top. Mou bahkan selalu dihina sebagai ”si penerjemah”, mengacu pada tugasnya di Barcelona. Namun, dari sisi manajerial tim, Rijsbergen ibarat anak bawang dibandingkan Mou.

Sebagai pelatih, Rijsbergen sungguh tidak etis menyalahkan pemain secara terbuka kepada pers selepas kekalahan melawan Bahrain. Bambang Pamungkas dan kawan-kawan memang tampil sangat buruk, tetapi tak elok menyalahkan mereka setelah pulang terlambat dari Teheran karena manajemen timnas tidak cakap mengatur jadwal. Pernyataan Rijsbergen mungkin benar bahwa pasukan Garuda belum layak tampil di level elite Asia. Namun, pernyataan itu seharusnya dilontarkan di ruang ganti saja sebagai pendongkrak motivasi tim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com