JAKARTA, KOMPAS.com - Disharmoni yang terjadi antara pelatih tim nasional Indonesia Wim Rijsbergen dan para pemain sebetulnya bisa dihindari bila peran manajer berfungsi. Manajer timnas sangat berperan besar dalam menjaga keseimbangan tim.
Setelah kekalahan 0-2 melawan Bahrain, kondisi internal timnas senior dikabarkan tidak kondusif. Wim disebut-sebut mencaci-maki pemain saat jeda babak pertama.
"Apa yang terjadi setelah kekalahan membuat timnas tidak kondusif. Pelatih marah kadang wajar dan kadang tidak wajar. Manajer harusnya berperan aktif dalam hal ini," jelas Manajer Pelita Jaya Lalu Mara saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/9/2011) malam.
Lalu Mara berpendapat, pelatih asing cenderung memiliki karakter ekspresif. Pelatih asing, lanjutnya, kerap meluapkan apa yang ada dalam pikiran dan hatinya secara terbuka.
"Budaya kita tidak bisa menerima perlakuan seperti itu. Seharusnya manajer mampu menjelaskan kepada pelatih mengenai budaya di sini," ujarnya.
Menurutnya, seorang manajer harusnya dapat melarang pelatih menggunakan kalimat-kalimat yang destruktif. Manajer harus pula mengerti karakter para pemain yang menjadi tanggung jawabnya.
"Manajer harus kasih tahu pelatih tentang hal itu. Manajer juga harus bisa memberikan pengertian kepada pemain. Awalnya, Misha Radovic (Pelatih Pelita) suka berbicara kasar, tapi saya langsung ingatkan dia. Saya meminta kepada dia untuk memberikan semangat kepada pemain. Pelatih dalam hal ini berperan sebagai orangtua yang harus mampu mendidik pemain," kata Lalu Mara.
Terlepas dari itu, Lalu Mara berharap permasalahan ini bisa cepat selesai. Baik pemain maupun pelatih harus dapat menunjukkan sikap profesional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.