Gambar perlambang ini sejak awal memang menarik, terutama dalam aspek irama bentuk atau komposisinya. Lambang berbentuk nyaris simetris dengan sayap yang dilukiskan mengepak halus. Gerakan sayap mencitrakan ke atas, diikuti dengan selempang Bhinneka Tunggal Ika yang melengkung seperenam lingkaran sehingga secara keseluruhan lambang ini dituntun oleh pola membulat yang mencitrakan kesempurnaan.
Garuda Pancasila akhirnya tampil dengan estetik. Sebagai lambang negara, Garuda Pancasila termasuk salah satu gambar lambang yang terbaik di dunia. Nilai itu selain diangkat oleh faktor penerapan simbol-simbolnya (jumlah bulu sayap yang 17, bulu ekor yang 8, dan bulu tubuh yang 45), juga oleh eksekusi estetiknya. Suatu hal yang menjadikan sang lambang punya nilai dekoratif.
Itu sebabnya, pada beberapa waktu lalu Armani Exchange (A/X), perusahaan mode internasional milik Giorgio Armani, mengeluarkan T-shirt berlambang Garuda Pancasila. Di situ lambang Pancasila dalam perisai sedikit diubah. Kepala banteng diganti dengan huruf ”A” dan pohon beringin diganti dengan huruf ”X”. Entah apa salahnya T-shirt apik yang sesungguhnya membanggakan kita itu dilarang beredar di Indonesia.
Bukan cuma perusahaan bernama harum yang berminat kepada Garuda Pancasila. Gerombolan busuk pun ingin memakai gambar itu sebagai bagian dari usahanya. Kelompok sindikat narkoba di Afganistan menggunakan gambar lambang Garuda Pancasila sebagai stempel hasil produksi olahan heroin.
Usaha yang melecehkan ini terbongkar pada tengah Februari 2010 dan membuat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Gories Mere melakukan penyelidikan serius.
Dikabarkan bahwa narkoba cap Garuda Pancasila itu diproduksi oleh gerilyawan Taliban yang beroperasi di Afganistan Selatan. Dalam kelompok Taliban ini diketahui memang ada orang-orang Indonesia yang dulunya bergabung dengan kelompok Mujahidin ketika Afganistan berperang melawan Rusia.
Dari Erlangga ke Soekarno
Sosok garuda memang menarik. Namun, siapa yang memilih burung garuda sebagai lambang negara? Ada yang mengatakan Muhamad Yamin dan Sultan Hamid II. Kala itu Yamin menjadi Ketua Panitia Lencana Negara dan Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Indonesia Serikat.
Namun, versi lain mengatakan bahwa Presiden Soekarno adalah orang yang paling menentukan. Soekarno memiliki banyak referensi betapa garuda sejak dahulu kala telah dipakai oleh raja-raja besar. Raja Erlangga, misalnya, menggunakan lambang Garudamukha sebagai meterai kerajaan.
Dalam buku tentang lambang-lambang kerajaan yang terbit pada tahun 1483, tercantum gambar seorang raja Jawa yang naik di atas punggung burung besar seperti phoenix. Pada bagian lain, seorang raja Sumatera tampak mengendarai burung rajawali. Semua burung besar itu akhirnya disarikan sebagai burung garuda.