Di tangan Sir Bobby-lah, tim ”St George Cross” memainkan kombinasi paling sempurna antara gaya tradisional
Drama adu penalti di Turin yang menjadi memori kelam bagi Chris Waddle dan Stuart Pearce itu makin muram karena Inggris baru saja lepas dari pengucilan internasional. Hukuman berat bagi Inggris tersebut terjadi setelah final Piala Champions antara Liverpool dan Juventus di Stadion Heysel, yang menewaskan 40 pendukung ”La Vecchia Signora” atau Si Nyonya Besar Juventus.
Maka, melejitnya MU bersama Cantona di ajang elite antarklub dunia sungguh menjadi pelipur lara bagi rakyat Inggris yang benar-benar gila bola. Cantona sendiri sudah menikmati peran barunya sebagai aktor layar lebar saat MU merebut
Sepeninggal Eric, Liga Inggris tetap menjadi kompetisi paling populer di dunia. Tim-tim Inggris merajai kancah elite Eropa dalam lima tahun terakhir. Meski musim ini tim-tim Inggris tak menembus empat besar Liga Champions, mereka tetap mempertahankan kehormatan Inggris yang di Afrika Selatan kelak, berupaya keras merebut kembali supremasi dunia seperti tahun 1966 saat Wembley berpesta.
Wembley yang merupakan stadion keramat bagi sepak bola Inggris sungguh menyimpan memori tersendiri.
Mengenang hari bersejarah 44 tahun lalu, Wembley memang menjadi ikon sepak bola Inggris, yang sempat mogok dalam ajang Piala Dunia karena Football Association (FA) tak sepaham dengan FIFA. Sebagai negara yang paling dulu menggelar kompetisi profesional sejak 1863, Inggris absen di tiga Piala Dunia, yakni tahun 1930 di Uruguay, tahun 1934 di Italia, dan di Perancis tahun 1938. Padahal, kompetisi Inggris sedang berkembang pesat dan di atas kertas mampu menjadi juara pada tahun-tahun itu.
Setelah Perang Dunia II usai, Inggris baru kembali bergabung dengan Piala Dunia dan ikut di Brasil tahun 1950. Sebelum 1966, prestasi Inggris naik turun tajam, gugur di babak pertama atau lolos hingga perempat final. Baru pada tahun 1966 dengan diperkuat pemain-pemain yang berkarakter baja, seperti Geoff Hurst, Bobby Charlton, Robert Hunt, dan Martin Peters, serta diarsiteki Sir Alf Ramsey, Inggris sangat percaya diri tampil sebagai juara.
Meski berada di grup berat bersama Uruguay, Perancis, dan Meksiko, Inggris mampu menjadi juara grup. Di perempat final, Charlton dan kawan-kawan membungkam Argentina 1-0, untuk menghadapi favorit kuat Portugal yang dipimpin Eusebio. Namun, dukungan yang menggebu membuat Charlton menang 2-1 dan melaju ke final menghadapi Jerman Barat.
Final di Wembley yang dimenangi Inggris 4-2 kemudian dikenang sebagai salah satu laga puncak yang kontroversial. Setelah kedudukan 2-2 dalam 90 menit, Hurst menembak kencang ke gawang Jerman Barat pada menit ke-98. Bola membentur mistar gawang dan memantul kembali ke arah garis gawang sebelum masuk kembali ke lapangan. Bola itu, tidak pernah diketahui dengan pasti, apakah pantulannya sudah melewati garis gawang atau belum. Wasit Gottfried Dienst (Swiss) mengesahkan gol yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan itu.
Oleh ANTON SANJOYO
1966 adalah tahun keramat bagi sepak bola Inggris sebab pada tahun itu Eric Cantona lahir dan Inggris menjadi juara dunia. Demikian lelucon khas Britania yang ditulis sebuah tabloid olahraga, tak lama setelah Cantona menyatakan pensiun dari sepak bola, sekaligus mundur dari Manchester United. Cantona mundur sebagai bintang pada 1997, saat ”The Red Devils” sedang di puncak kejayaan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.