Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiap Dua Menit, Satu Penduduk China Bunuh Diri

Kompas.com - 09/12/2008, 16:01 WIB

BEIJING, SELASA — Seorang bocah usia dua tahun menjadi yatim piatu di Chongzhou, China barat daya, menyusul kematian kedua orangtuanya akibat minum racun serangga setelah mereka bertengkar dengan sengit.
    
Tragedi ini, yang dilaporkan media pemerintah bulan lalu, merupakan kesaksian atas sisi gelap reformasi, yakni melonjaknya angka bunuh diri.
    
Rata-rata, setiap dua menit ada seorang penduduk China yang menghabisi nyawa sendiri sehingga negara berpenduduk terbesar di dunia itu mencetak rekor yang tak menggembirakan saat China akan merayakan 30 tahun perombakan ekonominya yang spektakuler.
    
"Dengan reformasi, masyarakat menjadi lebih rumit," kata Huo Datong, psikoanalis pertama yang membuka praktik di China.
    
"Individualisme menjadi semakin nyata dan berbagai masalah kejiwaan menjadi kian serius," katanya kepada AFP dari Chengdu, sebuah kota di China barat daya.
    
Sejak perombakan ekonomi dimulai pada 1978, Kerajaan Tengah itu telah melalui berbagai pergolakan yang luar biasa, dan demikian pula hati penduduknya yang berjumlah 1,3 miliar jiwa.
    
"Masyarakat telah tercerabut dari akarnya sebagai keluarga tradisional dan struktur marga telah tercerai-berai sehingga hubungan sosial menjadi tegang dan menempatkan pribadi dalam keadaan sangat tertekan," kata para pakar.
    
Dalam hanya satu generasi saja, peradaban China yang telah berusia satu milenium telah berubah menjadi satu masyarakat yang bertujuan hanya mengejar keuntungan semata, dengan berbagai konsekuensi yang nyata.
    
Dalam lomba untuk cepat-cepat menjadi kaya, budaya persaingan memberikan tekanan besar paling tidak pada anak-anak, yang biasanya tak mempunyai saudara kandung dan menghadapi harapan yang hampir tak mungkin bahwa orangtua mereka akan meraih sukses.
    
Di negara yang dulunya ada tiga atau empat generasi tinggal seatap, para orangtua kini ditinggalkan, sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sementara itu, para perantau pergi ke kota-kota untuk bekerja, dengan meninggalkan anak-anak mereka di desa.
    
"Kami menyaksikan semakin banyaknya pasien di rumah-rumah sakit jiwa yang berada di sana akibat pembangunan ekonomi yang telah menyebabkan ikatan kekeluargaan terlepas. Orang-orang kini menjadi lebih terasing dengan anggota masyarakat lainnya," ujar Huo.
    
Kini saatnya meraih berbagai kemungkinan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pendidikan, bersantai dan melakukan perjalanan, dan makin banyak orang berkesempatan menaiki anak tangga sosial ketimbang masa dahulu.
    
Meskipun demikian, pada saat bersamaan, banyak penduduk China merasa tak berdaya menghadapi rasa tak aman.
    
Pada masa lalu, Partai Komunis mengatur kehidupan setiap orang dengan menjamin "bakul nasi" berupa dukungan pemerintah, mulai dari buaian atau ayunan, hingga ke liang lahat. Semua hal ini sudah lenyap dan banyak penduduk China telah kehilangan pijakan.
    
Dengan sekitar 250.000 orang hingga 300.000 orang melakukan bunuh diri setiap tahunnya, angka bunuh diri di negara itu merupakan seperempat dari jumlah bunuh diri global.

Banyak melanda wanita

"China merupakan satu-satunya negara di dunia yang menjadi tempat bagi lebih banyak wanita untuk menghabisi nyawanya ketimbang pria. Angka bunuh diri di kalangan kaum hawa mencapai 58 persen," kata para pakar.
    
Terutama sekali, wanita di kawasan perdesaan. Penyebab utamanya adalah mereka biasanya menanggung beban berat, yakni bekerja di ladang, mendukung kehidupan orangtua, dan membesarkan anak.
   
"Masyarakat menjadi semakin rapuh," kata Zhang Chun, Ketua Jaringan Pencegahan Bunuh Diri di Nanjing, China timur.
    
"Sejak terjadinya perubahan sosial yang cepat dan berlangsungnya pergesekan antara nilai-nilai tradisional dan modern, banyak orang kini berusaha mendapatkan kembali keseimbangan ini."
    
Bahkan, saat China berpindah posisi menjadi negara dengan perekonomian terkuat keempat di dunia, yang membuat banyak penduduknya bangga, bunuh diri telah menjadi penyebab utama kematian dalam kelompok populasi 15 hingga 34 tahun.
    
China juga menjadi salah satu negara yang langka, tempat bunuh diri lebih sering terjadi di perdesaan daripada di perkotaan. "Jumlah bunuh diri tiga atau empat kali lebih banyak ketimbang di kota," kata Yang Qing, Profesor Psikologi pada Universitas Shenzhen, China selatan.

Para ahli mengatakan, China terperangkap di tengah tuntutan yang seringkali bertentangan, yakni komunisme, konfusionisme, dan kapitalisme, dan mereka tak tahu yang mana yang harus diikuti.
    
"Ini tidak seperti di Barat, tempat mayoritas penduduk sudah memiliki keagamaan yang mantap," kata Zhu Wanli, seorang psikolog di Chongqing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan, Sejarah Baru

Jepang Juara Piala Asia U23 2024, Putus Rekor Uzbekistan, Sejarah Baru

Internasional
Babak I Jepang Vs Uzbekistan 0-0: Tembok Serigala Masih Tak Tertembus

Babak I Jepang Vs Uzbekistan 0-0: Tembok Serigala Masih Tak Tertembus

Internasional
VFF Tunjuk Kawan Lama Shin Tae-yong Jadi Pelatih Timnas Vietnam

VFF Tunjuk Kawan Lama Shin Tae-yong Jadi Pelatih Timnas Vietnam

Internasional
Aspek yang Harus Disiapkan Timnas U23 Indonesia Jelang Lawan Guinea

Aspek yang Harus Disiapkan Timnas U23 Indonesia Jelang Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Link Live Streaming Jepang Vs Uzbekistan Final Piala Asia U23, Kickoff 22.30 WIB

Internasional
Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Hasil Thomas Cup 2024: Semifinal Ke-6 Beruntun Indonesia, Denmark Tersingkir

Badminton
Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Piala Thomas 2024: Cara Ginting Menang Usai Permainannya Terbaca Lawan

Badminton
Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Piala Uber 2024: Semangat Apriyani/Fadia, Ingin Buktikan Indonesia Bisa

Badminton
Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Hasil Thomas Cup 2024, Fajar/Daniel Pastikan Kelolosan Indonesia ke Semifinal

Badminton
Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Asa Indonesia Belum Sirna, Ivar Jenner Bidik Tiket Terakhir ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Daftar Juara Regional Sumatera Mandiri 3X3 Indonesia Usai Tuntas Digelar

Sports
Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Hasil Thomas Cup 2024: Lewat Rubber Game, Jojo Bawa Indonesia Unggul 2-1 atas Korsel

Badminton
'Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang'

"Jika Tak Mampu Dukung Saat Kalah, Jangan Sorak Saat Timnas Menang"

Timnas Indonesia
Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup 'Neraka' Menanti

Timnas Indonesia Buru Tiket Terakhir ke Olimpiade, Grup "Neraka" Menanti

Timnas Indonesia
Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Hasil Piala Thomas 2024: Fikri/Bagas Tumbang, Indonesia Vs Korsel 1-1

Badminton
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com