JAKARTA, JUMAT - Dunia sepak bola nasional kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Iswadi Idris mengembuskan nafas terakhirnya, Jumat (11/7), pukul 20.15 Wib di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta Selatan setelah mengidap penyakit stroke yang dideritanya beberapa bulan terakhir ini.
Gelandang serang terbaik yang pernah dimiliki Timnas Indonesia itu meninggal dalam usia 60 tahun. Almarhum yang lahir di Banda Aceh, 18 Maret 1948 meninggalkan seorang istri Rahma Tuti serta tiga orang anak: Kusuma Ayu Kinanti (25), Tubagus Dani Putranto (23), dan Adinda Snitaningrum Kinasih (21). Ayu dan Tubagus telah menyelesaikan kuliahnya, sedangkan Adinda duduk di bangku kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Salah seorang putri Iswadi Idris, Adinda, menuturkan sebelum dirawat di RS MMC Kuningan, ayahnya sempat dilarikan ke RS Jakarta Medical Center, Buncit, Selasa (8/7) malam. Sejak terjatuh di kediamannya di Perumahan Buncit Indah, Jalan Mimosa II Blok F/15, Iswadi tidak pernah lagi sadarkan diri hingga ajal menjemputnya.
Iswadi yang merupakan legendaris sepak bola nasional dan menjadi pemain nasional pertama merumput di luar negeri bersama salah satu klub sepak bola Australia, pernah menjadi ikon Timnas Indonesia era 60-70-an. Saat mengembuskan nafas terakhir, Iswadi didampingi istri dan ketiga anaknya serta keluarga dekat.
Sebelum meninggal, sejumlah tokoh dan rekan Iswadi seperti mantan Ketua KONI Agum Gumelar, Djohar Arifin Husein, Dony Patty dan para mantan pemain sepak bola nasional sempat membesuk almarhum di RS MMC Kuningan.
Menurut Adinda, almarhum akan dibawa ke rumah duka, namun hingga malam ini belum bisa memastikan di mana ayahnya akan dimakamkan.
Manajer Pelita Jaya, Rahim Soekasah yang pernah bersama almarhum Iswadi Idris duduk di kepengurusan PSSI mengatakan sepak bola Indonesia sangat kehilangan sosok yang mencintai sepak bola. "Iswadi memiliki dedikasi yang tinggi dalam memajukan sepak bola di tanah air, hal ini dibuktikan Iswadi yang selalu memantau pemain muda di daerah-daerah agar kelak bisa menjadi pemain nasiona yang andal," ungkapnya dihubungi melalui telepon selulernya.
Iswadi, diakui Rahim, selalu ngotot agar dikirim PSSI menyaksikan setiap pertandingan Liga Indonesia di daerah hanya untuk melihat apakah ada pemain muda berbakat. "Mungkin karena ia dipercaya oleh pengurus PSSI menjadi tim pemantau pemain muda, makanya ia selalu ngotot pergi ke daerah, hal ini dia lakukan hanya ingin melihat tim nasional masa depan Indonesia bisa kembali berjaya," katanya.
Rahim mengaku sempat membesuk Iswadi saat masih dirawat di RS MMC. "Dokter memang sebelumnya sudah menyakinkan bahwa penyakit Iswadi tidak bisa ditolong lagi, karena pendarahan di kepala yang sudah menjalar," jelasnya. (Persda Network/oro)
DATA ISWADI IDRIS:
Nama lengkap: Iswadi Idris
Julukan: Boncel, Bos
Lahir: Banda Aceh (Indonesia), 18 Maret 1948
Posisi: Gelandang/bek kanan
No. Kostum: 13
Karier klub: MBFA (1957-1961), IM Jakarta (1961-1968, 1970-1974), Pardedetex (1968-1970), Western Suburb Australia (1974-1975), Jayakarta (1975-1981), Persija (1966-1980)
Karier timnas: 1968-1980
Prestasi: Juara TIM Cup (1968), Merdeka Games (1969), Pesta Sukan (1972), Anniversary Cup (1972), Pemain Terbaik Piala Marahalim 1973.