BANTUL, MINGGU - Untuk melindungi aset bangsa, Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta kembali mematenkan 40 motif batik pada tahun ini. Rencananya, pematenan motif batik akan dilakukan setiap tahun mengingat masih banyaknya motif batik yang harus dipatenkan yakni sekitar 2.000 motif.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi DIY Syahbenol Hasibuan, di sela-sela acara bazar batik di Dusun Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Sabtu (8/3). “Kami sudah mengajukan 40 motif untuk dipatenkan, tetapi sampai sekarang belum prosesnya belum selesai sehingga sertifikat hak ciptanya belum kami pegang,” ungkapnya.
Menurut Syahebenol, sampai saat ini sudah ada 261 motif batik komersial yang sudah dipatenkan. Pemprov DIY berkomitmen untuk mematenkan 40 motif tiap tahunnya. “Tahun 2006 dan 2007 kami tidak melakukan pematenan karena fokus kami pada rehabilitasi pasca gempa dulu,” katanya.
Pematenan motif batik menjadi agenda penting Pemprov DIY untuk melindungi warisan budaya leluhur. Apalagi setelah Malaysia banyak mengklaim berbagai budaya dan tradisi Indonesia sebagai produk mereka. “Jangan sampai batik juga diklaim Malaysia. Jelas-jelas itu tradisi asli Indonesia,” katanya.
Tak hanya mematenkan, berbagai kegiatan untuk melestarikan warisan batik juga terus dilakukan oleh berbagai kalangan, seperti Jogja Heritage Society (JHS) yang menyelenggarakan kegiatan lomba batik, bazaar batik, dan jelajah desa batik di Dusun Giriloyo.
Dengan lomba batik, diharapkan generasi muda di dusun tersebut terus bersemangat membatik sehingga ada regenerasi, bazar batik untuk mempromosikan produk para perajin, semenyata jelajah desa dimaksudkan untuk memperkenalkan dusun Giriloyo dengan segala kekayaan alam dan tradisinya.
“Selain mempertahankan tradisi leluhur, program kami juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para perajin, dengan memberikan pelatihan ketrampilan membatik, manajemen dan organisasi,” ucap Titi Handayani, Direktur Eksekutif JHS.
Melalui program pengembangan industri rumah tangga batik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, telah terbentuk empat kelompok usaha bersama yakni Kelompok Batik Sekar Arum, Sekar Kedaton, Sido Mukti, dan Sungging Tumpuk. Program tersebut adalah hasil kerjasama JHS dengan Australia-Indonesia Patnership Program.(ENY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.