BANTUL, RABU- Prospek kerajinan batik tulis yang semakin tidak menjanjikan, membuat para perajin di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, kini pilih banting stir menjadi tenaga kerja Indonesia atau TKI. Sebagian besar bekerja di Malaysia sebagai buruh pabrik. Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus, perajin batik tulis akan terus berkurang karena tidak ada regenerasi.
Kepala Desa Wukirsari Bayu Bintoro, Rabu (5/3) mengatakan, setidaknya ada 510 perajin batik tulis di desanya. Angka tersebut terus turun, apalagi setelah gempa karena banyak alat produksi yang rusak sehingga proses produksi terhenti. "Pengurangannya bisa mencapai 15 persen lebih. Mereka memilih alih profesi jadi TKI di luar negeri karena lebih menjanjikan," katanya.
Menurut Bayu, tren alih profesi tersebut sebenarnya sudah mulai terasa sebelum gempa. Makin tidak prospektifnya kerajinan batik tulis setelah batik cap yang diproduksi secara massal menjamur, membuat perajin enggan untuk mengembangkan usahanya. Setelah gempa makin banyak yng beralih jadi TKI karena kondisinya makin sulit, katanya.
Desa Wukirsari dihuni 15.327 jiwa. Selain batik tulis sebagian warganya bekerja sebagai perajin anyaman bambu dan kerajinan tatah sungging. Tak hanya perajin batik, sebagian perajin anyaman bambu dan tatah sungging juga beralih menjadi TKI. "Harapan kami, mereka di sana tidak bekerja sebagai perajin juga karena produk Imogiri bisa ditiru Malaysia," katanya.
Kepala Seksi Penempatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul Suhartono mengakui adanya sejumlah perajin yang berangkat ke luar negeri menjadi TKI. Fenomena itu terutama terjadi pasca gempa. Di sana mereka bekerja sebagai buruh di pabrik elektronik dan perakitan, tuturnya.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) wilayah DIY Jadin C Djamaludin mengatakan, sebagian besar perajin batik tulis di Imogori mengandalkan pasar dari pesanan para pengusaha kelas menengah yang bergerak di bidang trading. Namun karena para pengusaha menengah kondisinya tengah kolaps, order yang diterima perajin pun terus menurun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.