KOMPAS.com - Mantan striker Arsenal dan timnas Perancis, Thierry Henry, mengatakan pasti pernah mengalami depresi dalam karier sepak bolanya.
Hal tersebut dia ungkap dalam podcast Diary of a CEO, seperti dikutip dari BBC Sports, Selasa (9/1/2023).
"Sepanjang karier saya dan sejak saya lahir, saya pasti mengalami depresi," kata Henry.
"Apakah saya mengetahuinya? Tidak. Apakah saya melakukan sesuatu? Tidak. Namun, saya beradaptasi dengan cara tertentu," tuturnya.
Thierry Henry mengatakan, ada masa, saat awal pandemi virus corona, dia menangis hampir setiap hari.
"Saya diisolasi di Montreal (saat melatih klub MLS, Montreal), dan tidak bisa bertemu anak-anak selama setahun adalah hal yang berat," ujarnya.
"Air mata itu keluar sendiri. Kenapa, saya tidak tahu, tetapi mungkin air mata itu sudah lama sekali," ujarnya.
"Anda harus meletakkan satu kaki (ke depan) dan satu kaki lagi, lalu berjalan," katanya.
"Itulah yang diberitahukan kepada saya sejak saya masih muda," ucap sosok yang kini berusia 46 tahun itu.
Mantan striker Juventus, AS Monaco, dan Barcelona itu menambahkan, hubungan dengan sang ayah, yang kritis terhadap penampilan bermainnya, mungkin berdampak.
Dia mengatakan ayahnya sangat teliti dalam menilai bagaimana saat bermain.
"Saat masih kecil, selalu ada 'kamu tidak melakukannya dengan baik'," katanya.
"Jadi, tentu saja ketika Anda lebih sering mendengarnya, itulah yang akan tetap ada," ucap Henry.
Semasa bermain, Henry mencetak rekor klub, Arsenal, dengan 228 gol dalam 377 pertandingan untuk The Gunners.
Di level timnas, dia memenangi Piala Dunia pada 1998 dan Euro 2000 bersama Perancis.
Henry kini menjadi pelatih timnas U21 Perancis. Sebelumnya, dia pernah bekerja sebagai staf kepelatihan timnas Belgia dan melatih Monaco, sebelum mengambil alih Montreal Impact pada akhir 2019.
https://bola.kompas.com/read/2024/01/09/08300018/pengakuan-thierry-henry-soal-depresi-menangis-dan-tekanan-ayah