KOMPAS.com - Mali harus menguburkan mimpi dalam meraih gelar Piala Dunia U17 2023. Ya, satu-satunya tim yang tersisa dari benua Afrika itu terhenti langkahnya usai dikalahkan Perancis 1-2 di babak semifinal.
Pertandingan Mali vs Perancis berlangsung di Stadion Manahan, Solo, Selasa (28/11/2023).
Mali yang tampil mengejutkan hingga mencapai babak empat besar ini memiliki asa untuk lolos ke final.
Mereka bahkan bisa unggul 1-0 terlebih dulu, menjadi tim pertama yang menjebol gawang Perancis dalam 500 menit perhelatan di Indonesia 2023, sampai petaka kartu merah datang menghampiri serta kebobolan dua gol yang membuyarkan impian tersebut.
Pelatih Mali, Soumaila Koulibaly, mengatakan bahwatimnya memainkan laga ini dengan baik.
Namun, semuanya berubah ketika pemainnya mendapatkan kartu merah Souleymane Sanogo hanya 60 detik setelah babak kedua dimulai.
"Meski sulit, tapi kami tetap berusaha menciptakan beberapa kesempatan untuk menyamakan kedudukan."
"Tapi sayang, kami tidak bisa melakukan yang terbaik," kata Koulibaly, dikutip dari rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (28/11/2023).
"Saya sendiri juga telah memberikan masukan kepada pemain saat jeda minum, dan berharap mereka bisa lebih menikmati permainan. Jadi saya pikir kami hanya tidak beruntung kali ini," ujarnya.
Kendati demikian, Soumaila Koulibaly tetap senang dengan apa yang telah dicapai dengan anak asuhnya.
Mali sempat unggul terlebih dahulu atas Les Bleus melalui aksi sang kapten Ibrahim Diarra (45+4').
Gol Ibrahim sekaligus memecahkan rekor Perancis yang tidak pernah kebobolan dalam turnamen ini.
Ya, gawang Perancis yang dijaga Paul Argney tembus untuk pertama kalinya di Indonesia 2023.
Namun, kartu merah yang diterima Souleymane Sanogo (55') karena melanggar Sadi Aymen merubah segalanya.
Perancis bisa menyamakan kedudukan, satu menit setelah Souleymane diusir oleh pengadil lapangan.
Kemenangan sang juara Piala Dunia U17 2001 tersebut dipastikan melalui kaki Bouneb pada menit ke-69.
Meski menang, pelatih Perancis, Jean Luc Vannuchi, mengakui bahwa Mali cukup merepotkan dalam laga tersebut.
"Kami bermain intensif, bermain dengan baik. Memainkan serangan dari belakang di babak pertama, dan kemudian bertahan untuk menyerang. Kami pun memenanginya dan saya sangat puas dengan performa para pemain," ujar Jean.
"Saat kami kebobolan di pertengahan babak pertama, rasanya sangat sulit. Tapi, kami tetap optimistis karena saat melawan Spanyol kami juga tertinggal lebih dahulu."
"Jadi ini ibarat ulangan, dan semua yang kami persiapan dalam latihan sesuai dengan yang kami perkirakan. Kami tidak khawatir."
"Karena kami hanya mengubah satu pemain di sayap untuk mengganti kecepatan dan lihat bagaimana kami bereaksi tadi," pungkas Vannuchi.
https://bola.kompas.com/read/2023/11/29/11590828/ketika-kartu-merah-menjadi-petaka-bagi-mali-perancis-buru-gelar-kedua-piala