Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Penjaga Mes Arema: Saksi Hilangnya Kata-kata, hingga Evan Dimas Trauma

MALANG, KOMPAS.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, 1 Oktober 2022 lalu, yang menewaskan 133 orang dan melukai 622 orang lainnya masih menyisakan banyak cerita.

Salah satu kisah datang dari Joko Budi Laksono, penjaga mes Arema FC di Kota Malang.

Ia menjadi salah satu orang yang menyambut rombongan tim Arema FC usai terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan.

Tim Arema FC datang sekitar pukul 03.30 WIB pada Minggu (2/10/2022). Kedatangan rombongan tim lama tertunda karena sempat tertahan di dalam stadion, usai adanya insiden penembakan gas air mata.

Selain itu, rombongan Arema FC juga harus melalui jalan memutar ke arah selatan untuk bisa pulang.

“Gimana mau pulang duluan, mobil kan tidak bisa keluar. Pokoknya semua yang ikut dari sini baik istri maupun saudara pulangnya bareng setengah empat pagi,” kata Joko Budi Laksono, pria 48 tahun, saat ditemui Kompas.com.

Joko Budi Laksono menggambarkan situasi saat itu begitu dingin dan muram. Pemain terguncang hebat setelah menjadi saksi mata tragedi besar nan kelam dalam sepanjang sejarah sepak bola di Indonesia.

Tidak ada keceriaan apalagi senyum. Semua pemain turun dari bus dengan irit berbicara. Pemain enggan saling bercengkerama dan memilih berdiam diri.

“Mungkin kalau yang melihat kondisi itu pasti iba. Masalahnya kan para pemain ini ikut menggotong para korban,“ ujar pria asal Singosari, Kabupaten Malang, itu.

“Saat pulang pandangan pemain kosong semua. Biasanya saat pulang, habis kalah sekalipun masih ada bercengkerama atau komunikasi. Sedangkan saat itu sama sekali tidak ada interaksi, pemain hanya diam merenung.”

“Semuanya terlihat terpukul, mulai dari pemain asing sampai lokal, terlihat dari wajah-wajah mereka,” ujarnya lagi.

Joko Budi Laksono melihat banyak pemain yang melamun dan murung. Pandangan mereka juga kosong menerawang jauh.

“Yang namanya orang lagi kesusahan kebanyakan diam daripada ngobrol. Banyak yang ngelamun, banyak yang masih trauma,“ ucapnya.

Saat diajak berkomunikasi, ada beberapa pemain yang kondisi psikologisnya terguncang, tak percaya dengan apa yang mereka alami.

Salah satunya adalah gelandang keturunan Jepang, Seiya Da Costa Lay.

Ia bercerita gelandang berusia 21 tahun tersebut tiba-tiba menangis saat sedikit disinggung mengenai tragedi tersebut.

“Saya masih ingat anak kecil pak, itu dia meninggal, saya kasihan. Saya belum pernah yang seperti ini,” katanya menirukan perkataan Seiya kepadanya.

Selain itu, Joko Budi Laksono juga sempat menyapa Evan Dimas yang juga sering termangu.

Pemain asal Surabaya tersebut dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun diamnya pemain bernomor 6 tersebut berbeda.

“Evan Dimas juga mengaku masih kepikiran. Kemudian saya ingatkan untuk selalu istigfar,” ujar Joko Budi Laksono.

Setelah kejadian tragedi Kanjuruhan, tim Arema FC langsung diliburkan total. Pemain memutuskan langsung meninggalkan mes.

Ada beberapa pemain yang bertahan beberapa waktu, sebelum akhirnya ikut pulang juga.

Hingga hari ke-17 pasca-tragedi Kanjuruhan mes Arema FC tampak sepi tidak banyak aktivitas.

Pemain ke mes hanya untuk berkumpul sebentar, lalu pergi bersama melakukan kunjungan ke rumah korban tragedi Kanjuruhan. Tim Arema FC direncanakan akan kembali merapatkan barisan pada tanggal 20 Oktober 2022.

https://bola.kompas.com/read/2022/10/19/05200048/cerita-penjaga-mes-arema--saksi-hilangnya-kata-kata-hingga-evan-dimas-trauma

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke