Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Sadio Mane Tak Mau Hidup Mewah, Ingin Hujan Euro Jatuh di Tempat yang Membutuhkan

Dia mengakhiri kisah manisnya selama enam tahun bersama Liverpool untuk mencari tantangan bersama Bayern Muenchen.

Sejatinya, striker berusia 30 tahun ini tak memiliki masalah saat merumput di Anfield.

Pemain internasional Senegal ini nyaris tak tergantikan karena termasuk andalan pelatih Juergen Klopp.

Namun Sadio Mane mengaku ingin mencari tantangan baru setelah enam musim merumput di Premier League, kasta tertinggi Liga Inggris.

Allianz Arena, markas Bayern Muenchen, jadi pelabuhan barunya. Sadio Mane menandatangani kontrak berdurasi tiga tahun dengan raksasa Bundesliga, kasta tertinggi Liga Jerman, tersebut.

Tampaknya, Bayern menjadi tempat yang tepat bagi Sadio Mane jika "kesederhanaan" jadi patokan. Sebab, kedua belah pihak sama-sama tidak silau oleh kemewahan.

Ya, Bayern termasuk klub yang tak pernah royal ketika membeli dan menggaji pemainnya.

Meski berstatus raksasa dan tim elite, klub berjuluk The Bavarians ini tetap menerapkan kebijakan yang ketat soal dua hal itu (biaya transfer dan gaji).

Tak heran, Bayern tak pernah membuat rekor transfer. Gaji para pemainnya pun tidak sefantastis apa yang diterima sejumlah sosok bintang di Real Madrid, Paris Saint-Germain atau klub-klub elite Inggris.

Setali tiga uang, Sadio Mane pun termasuk sosok sederhana.

Dia tak pernah mau hidup dalam kegemerlapan dunia seperti pesepak bola pada umumnya, yang menghabiskan sebagian besar pendapatan untuk barang dan gaya hidup mewah. 

Padahal, Sadio Mane sangat mampu melakukan hal itu apalagi dirinya termasuk pemain bintang. 

Ternyata, Sadio Mane memiliki alasan tersendiri yang membuatnya tak mau hanyut dalam kemewahan. Dia hanya ingin fokus membantu sesama yang kesulitan seperti apa yang pernah dialaminya.

"Mengapa saya ingin 10 Ferrari, 20 jam tangan berlian atau dua pesawat? Apa yang akan dilakukan benda-benda ini untuk saya dan dunia?" ujar Sadio Mane kepada media Ghana, nsemwoha.com, pada 2019.

"Saya kelaparan dan harus bekerja di ladang, saya selamat dari masa-masa sulit, saya bermain sepak bola tanpa alasa kaki, saya tidak memiliki pendidikan atau banyak hal lain tetapi hari ini, dengan apa yang saya peroleh berkat sepak bola, saya bisa membantu orang-orangku." 

Sadio Mane tak hanya berucap. Dia memberikan contoh karena mewujudkan apa yang dikatakannya tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Sadio Mane memberikan bantuan untuk meringankan beban hidup masyarakat di kota kelahirannya.

Mane lahir di Bambali, Sedhiou, Senegal. Wilayah kecil berpenduduk sekitar 2.000 jiwa ini terletak di tepi Sungai Casamance sehingga Bambali termasuk desa nelayan. 

Akses ke ibu kota terbilang sangat jauh lantaran membutuhkan waktu tujuh jam. Selain itu, jalanan belum beraspal serta sejumlah hewan peliharaan seperti sapi dan kambing pun berkeliaran di antara lalu-lalang manusia.

Sejumlah besar wanita pun terpaksa melahirkan di rumah sendiri karena di kota tak ada rumah sakit. 

Minimnya fasilitas membuat Sadio Mane pun pernah mengalami kisah tragis. Ayahnya meninggal dunia akibat tak bisa menerima perawatan medis secara memadai.

Ini yang menggerakkan hati Sadio Mane untuk berbakti. Dia membangun rumah sakit di tanah kelahirannya tersebut sehingga masalah kesehatan bisa terpecahkan.

Tak cuma itu. Sadio Mane juga membangun sekolah, memberikan laptop kepada setiap siswa, membiayai stasiun pengisian bahan bakar, membangun kantor pos, stadion, menyumbangkan peralatan olahraga untuk semua anak.

Bahkan, Sadio Mane memasang jaringan 4G untuk semua orang di desa. 

Belum berhenti di situ kedermawanan pemain internasional Senegal ini. Sadio Mane pun memberikan 70 euro (sekitar Rp 1,094 juta) untuk semua orang sangat miskin di Senegal sehingga beban hidup setiap keluarga menjadi lebih ringan.

"Saya tidak perlu memamerkan mobil mewah, rumah besar, pesawat terbang atau kapal pesiar. Saya lebih suka orang-orangku menerima sedikit dari apa yang telah diberikan kepadaku," ungkap Sadio Mane.

Kerendahan hati menjadi alasan utama Sadio Mane menghindari keglamouran dunia ini. Dia memilih menjadi bintang yang bersinar dan mencerahkan kehidupan rakyat di tanah kelahirannya.

Sadio Mane pun memastikan, hujan jutaan euro jatuh di tempat yang paling membutuhkan.

Sebelum bergabung dengan Bayern, Sadio Mane membantu Liverpool mengangkat trofi Liga Inggris musim 2019-2020 sekaligus mengakhiri penantian panjang selama 30 tahun.

Dia juga menjadi bagian The Reds, julukan Liverpool, ketika merengkuh gelar juara Liga Champions musim 2018-2019.

Di level internasional, Sadio Mane pun membantu Senegal mencetak sejarah ketika juara Piala Afrika edisi 2021. Ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Senegal menjadi nomor satu di benua tersebut.

https://bola.kompas.com/read/2022/06/29/08400058/alasan-sadio-mane-tak-mau-hidup-mewah-ingin-hujan-euro-jatuh-di-tempat-yang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke