KOMPAS.com - Keluhan masalah fasilitas dan infrastruktur tidak hanya datang dari pihak peserta Liga 1 2021-2022 saja. Pihak broadcaster pun ikut merasakan kesulitan sama.
Bagi tim broadcaster, keterbatasan ini jadi tantangan yang harus dilalui.
Hanya Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, saja yang memiliki fasilitas mumpuni untuk melakukan siaran langsung dari 3 venue seri 4 Liga 1 2021-2022.
Dua venue lainnya, Stadion I Gusti Ngurah Rai dan Stadion Kompyang Sujana Denpasar, memiliki fasilitas yang dinilai kurang memadai.
Kedua stadion ini memiliki masalah sama, yakni titik pengambilan gambar yang terlalu rendah sehingga mengganggu kenyamanan penonton layar kaca.
Karena keterbatasan ini, banyak ditemukan fasilitas-fasilitas tambahan yang berdiri di venue pertandingan.
Di antaranya adalah tenda-tenda pengganti ruangan, serta steger (scaffolding) yang didirikan untuk menunjang kinerja kamera siaran.
Keberadaan fasilitas tambahan semi permanen ini merupakan upaya dari PT LIB dan tim produksi demi menyuguhkan tayangan yang memuaskan di layar kaca.
"Fasilitas standar, tapi kami harus optimis untuk perubahan dan mengkondisikan di lapangan, agar sepak bola tetap bisa dinikmati oleh masyarakat,” tutur salah satu personel Creative & Broadcast Service PT LIB yang enggan disebutkan namanya kepada Kompas.com.
“Memang di awal pertandingan banyak saran dari penonton di rumah, bukan berarti kami tidak check venue dan analisa. Kami sudah check dengan mengkondisikan bangunan stadion, wilayah kamera, framing dan garis imajiner batas kamera,” imbuhnya.
Komunikasi yang baik antara kedua belah pihak menjadi kunci untuk melewati semua rintangan.
Dari komunikasi tersebutkemudian muncul gagasan untuk meninggikan tingkat kamera master (kamera utama) yang disesuaikan dengan kondisi bangunan serta pinggir lapangan.
Ada pun detail untuk pembangunan di 2 stadion tersebut dengan menggunakan steger (scaffolding) non permanen dengan tinggi kurang lebih 7,5 meter dengan ukuran alas 3x2 meter yang bisa menampung dua orang.
Pembangunannya disesuaikan dengan kondisi stadion dan luas lapangan supaya kamera bisa bergerak ke kanan dan ke kiri dengan nyaman.
“Bisa terlihat dari awal sampai hari ini ada perubahan. Namun, di balik itu semua faktor keselamatan untuk crew juga diprioritaskan," lanjutnya.
"Tidak semata hanya dari saya saja tetapi dukungan dari panpel lokal serta teman-teman kompetisi yang berada di Bali saat pertandingan. Kembali lagi semua tayang terdapat checklist dan arahan dari ofisial penyiar dan selalu kita saling berkordinasi."
Di sisi lain, pihak PT LIB menegaskan bahwa fasilitas yang terpasang saat ini salah satu solusi perbaikan dari pekan per pekan.
Pihak operator terus mencari jalan keluar untuk menemukan jalan terbaik mengenai kendala sarana dan prasarana ini.
“Sejauh ini broadcast terus kami benahi dan selalu kami koordinasikan dengan host broadcaster,” terang Direktur Operasional PT LIB, Sudjarno, kepada Kompas.com.
Sementara, pihak produksi juga memiliki motivasi sama dengan PT LIB. Demi menyuguhkan sebuah kualitas siaran yang baik, mereka mau tidak mau harus mengatasi segala tantangan dengan kreativitas.
“Untuk tim produksi sama saja, semuanya menjadi tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Bagaimana bisa menyajikan sebuah tayangan yang enak dilihat dengan kondisi yang ada,” ujar Uus Rusamsi selaku Produser kepada Kompas.com.
Meski demikian, Uus Rusamsi menegaskan apa yang sudah dilakukan tim produksi dan PT LIB hanya penunjang saja.
Sebab, kualitas utama sebuah pertandingan tetap kembali pada keseriusan kedua tim yang bermain di dalam lapangan.
“Yang terpenting kan penampilan para pemain di lapangan saat ini ditunjang dengan kondisi lapangan yang bagus. Sehingga bisa menampilkan permainan yang enak ditonton,” pungkasnya.
https://bola.kompas.com/read/2022/01/13/10154128/liga-1-cerita-di-balik-permasalahan-dan-kreativitas-tim-broadcasting-di-stadion