FIFA telah mempertimbangkan wacana untuk mengadakan Piala Dunia pria dan wanita setiap dua tahun sekali.
Hal tersebut tak terlepas dari ide SAFF yang mengajukan wacana tersebut pada kongres tahunan FIFA, 21 Mei lalu.
SAFF menyebut penyelenggaraan Piala Dunia yang lebih sering akan semakin bernilai dan meningkatkan kesejahteraan pemain.
Wacana Piala Dunia digelar dua tahun sekali ini didukung 166 federasi lain, sedangkan 22 suara menantang.
Wajar memang mengapa adanya oposisi dari wacana Piala Dunia setiap dua tahun sekali ini.
Pasalnya, rencana tersebut dapat mempengaruhi liga-liga di dunia serta turnamen-turnamen internasional seperti, Piala Eropa, Copa America, dan lain-lain.
Terlepas dari kekhawatiran itu, FIFA telah sepakat untuk mempelajari proposal SAFF dan meninjau skema kualifikasi Piala Dunia dalam edisi dua tahunan.
FIFA saat ini masih melakukan peninjauan menyeluruh demi melihat kelayakan Piala Dunia dihelat lebih sering.
Eks pelatih Arsenal, Arsene Wenger, yang kini menjabat Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA turut melakukan studi kelayakan soal wacana ini.
Penentangan lagi-lagi muncul yang kali ini disuarakan oleh Presiden UEFA, Aleksander Ceferin.
Aleksander Ceferin menilai wacana Piala Dunia setiap dua tahun sekali bisa "membunuh sepak bola".
Demi menggagalkan rencana tersebut, Ceferin pun tak ragu memperingatkan FIFA bahwa negara-negara Eropa bisa memboikot Piala Dunia dengan tak ikut berpartisipasi dalam turnamen.
"Kami dapat memutuskan untuk tidak bermain di dalamnya," ujar Ceferin menanggapi wacana Piala Dunia dua tahun sekali dilansir dari The Times, Kamis (9/9/2021) waktu setempat.
"Sejauh yang saya tahu, Amerika Selatan juga tidak setuju. Jadi, semoga beruntung dengan Piala Dunia seperti itu," katanya dengan nada sarkasme.
"Saya pikir itu (Piala Dunia dua tahun sekali) tidak akan pernah terjadi karena sangat bertentangan dengan prinsip dasar sepak bola."
"Memainkan turnamen satu bulan setiap musim panas, bagi para pemain itu adalah pembunuhan."
"Jika (Piala Dunia) digelar setiap dua tahun sekali, maka bentrok dengan Piala Dunia Wanita dan turnamen sepak bola Olimpiade."
Lebih lanjut, Ceferin mengatakan bahwa justru esensi sebenarnya dari sepak bola datang dalam periode empat tahun sekali.
"Nilainya justru karena setiap empat tahun saat Anda menantinya," tambah pria asal Slovenia tersebut.
"Ini seperti Olimpiade, ini adalah acara besar. Saya tidak melihat federasi kami mendukung wacana tersebut."
Aleksander Ceferin pun memiliki harapan agar FIFA segera sadar dan menutup peluang wacana Piala Dunia digelar setiap dua tahun.
"Saya berharap mereka (FIFA) akan sadar karena saya tidak melihat pendekatan yang tepat kecuali berbicara dengan konfederasi," tuturnya.
"Mereka tidak datang, tidak menelepon, dan saya tidak mendapatkan surat atau apa. Saya baru saja membaca soal ini di media."
Tak hanya itu, Ceferin juga tak tertarik soal usualan Piala Eropa yang juga diwacanakan akan digelar setiap dua tahun.
"Ini mungkin bagus untuk UEFA secara finansial, tetapi masalahnya adalah kami akan membunuh sepak bola dengan cara itu," ungkap Ceferin.
"Kami bisa membunuh para pemain. Saya tidak melihat klub akan membiarkan para pemain pergi dan hal ini dapat memecah belah kami," tuturnya menjelaskan.
https://bola.kompas.com/read/2021/09/10/16000008/uefa-sebut-negara-eropa-bisa-boikot-piala-dunia-jika-digelar-2-tahun-sekali