KOMPAS.com - Data menjadi salah satu alasan kenapa pelatih jebolan Bundesliga bisa mendominasi Eropa.
Sebanyak tiga edisi terakhir Liga Champions dimenangi oleh pelatih Jerman yang merupakan jebolan Bundesliga.
Juergen Klopp dengan sepak bola gegenpressing mengantar Liverpool menjuarai Liga Champions 2018-2019.
Hansi Flick yang menukangi Bayern Muenchen lantas meneruskan kejayaan pelatih Jerman di pentas Liga Champions pada 2019-2020.
Dominasi pelatih jebolan Bundesliga berlanjut saat Chelsea meraih trofi beralias Si Kuping Besar pada 2020-2021.
Ketika tampil sebagai kampiun Eropa, juru kemudi Chelsea adalah peracik taktik asal Jerman, Thomas Tuchel yang pernah menukangi Mainz dan Borussia Dortmund.
Benang merah yang menghubungkan Juergen Klopp, Hansi Flick, dan Thomas Tuchel adalah mereka sama-sama punya perhatian tinggi terhadap detail.
Lantas, apakah bisa disimpulkan bahwa dominasi pelatih Jerman di Liga Champions tiga tahun belakangan merupakan kemenangan dari analisis data?
“Ya, saya tahu, Thomas Tuchel misalnya, sangat menyukai statistik. Dia menganalisis setiap permainan dan semuanya, serta selalu bekerja dan menunjukkan pemainnya data,” kata Direktur Olahraga Bayer Leverkusen, Simon Rolfes, kepada Kompas.com dalam sesi media round table Bundesliga Match Facts.
Bersama Steffen Merkel (Executive Vice President Audiovisual Rights, DFL) dan Klaus Buerg (Managing Director DACH Region AWS), Simon Rolfes hadir sebagai salah satu pembicara dalam sesi media round table virtual yang digelar Bundesliga, Selasa (10/8/2021) sore WIB.
Rolfes juga menuturkan pandangan dalam kapasitas sebagai duta Bundesliga Match Facts.
“Saya pikir ada satu kesamaan dari pelatih-pelatih Jerman bahwa mereka bekerja dengan didukung data.”
“Sebab, seperti saya bilang sebelumnya, sebagai pelatih penting untuk membuat keputusan. Data memberi masukan kepada pelatih, dalam hal apa tim mesti berbenah.”
“Saya tahu Thomas Tuchel bekerja dengan sangat detail,” kata Rolfes yang menjabat pos Direktur Olahraga Leverkusen sejak 2018.
“Saya pikir data bisa membantu untuk memenangkan pertandingan dan tentu saja trofi.”
“Itu adalah bagian dari puzzle bukan satu-satunya jalan tentunya. Tapi, pada akhirnya data penting untuk membantu membuat keputusan.”
“Sebagai pelatih, data bisa membantu memilih pemain terbaik untuk laga berikut, untuk mempersiapkan strategi terbaik.”
“Jika punya informasi data yang lebih baik, Anda akan bisa membuat keputusan yang lebih baik.”
“Hal serupa juga berlaku kepada saya sebagai Direktur Olahraga, di mana salah satu tugas utama saya adalah melakukan pemantauan, memilih, dan merekrut pemain,” tutur Rolfes yang mengoleksi 26 caps bersama timnas Jerman.
Bundesliga Match Facts mencerminkan perhatian besar Liga Jerman terhadap data statistik.
Sejak Januari 2020, DFL (Deutsche Fussball Liga) dan Amazon Web Service (AWS) menjalin kolaborasi untuk menyajikan pengolahan data statistik secara langsung yang akan membuat pengalaman menonton laga Bundesliga menjadi lebih menarik.
Bundesliga Match Facts yang merupakan hasil kerja sama dengan AWS, menjawab rasa haus penonton sepak bola modern akan statistik menarik seputar pertandingan.
Fans dan awak media bisa langsung mengakses data-data seputar pertandingan kapan pun dan di mana pun, melalui aplikasi resmi Bundesliga.
Bukan cuma menyajikan data-data umum semodel arena laga, susunan starter, dan nama pencetak gol, Bundesliga Match Facts menyelam lebih dalam dengan menyajikan statistik mahal seperti Expected Goals (XG).
Karena itu, Bundesliga Match Facts bukan cuma bermanfaat bagi penonton dan jurnalis, tetapi juga pemain serta pelatih.
“Jika Anda punya data yang lebih baik, kadang hal tersebut menghindarkan Anda dari membuat keputusan buruk,” ujar Simon Rolfes.
https://bola.kompas.com/read/2021/08/10/18455228/dominasi-pelatih-jebolan-bundesliga-di-liga-champions-juara-karena-data