Lebih tepatnya, dia tidak ingin hal buruk terjadi pada pelaksanaan kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia tersebut.
Di balik rasa optimisme tersebut, ada cerita kelam yang dialaminya.
Ini bukan kali pertama baginya "terlunta-lunta" sebagai pelatih klub tanpa kompetisi.
Setelah resmi meninggalkan Semen Padang pada akhir musim 2019, dia dipercaya menjadi pelatih oleh beberapa klub.
Namun, hingga saat ini, belum ada kompetisi yang dijalani bersama klub yang dilatih. Pandemi Covid-19 menjadi alasan utamanya.
Jika kemudian skenario terburuk terjadi pada Liga 1 Indonesia, ini jadi tahun keduanya menjadi pelatih tanpa kompetisi.
"Setelah Semen Padang terdegradasi, saya tetap dipercaya di Liga 2, tetapi kemudian tidak ada kompetisi," ujarnya, Selasa (10/8/2021).
"Saya kemudian pulang ke Portugal untuk beberapa waktu dan kemudian deal dengan klub Oman. Saya sudah terbang ke sana, dan ternyata, juga tidak ada kompetisi," ujar Eduardo Almeida.
"Sekarang sama, bersama Arema, juga tidak ada kompetisi. Namun, saya tetap berpikir positif ada kompetisi di Indonesia pada tanggal 27 Agustus nanti," katanya.
Berharap tak mengulang cerita yang sama di Arema FC, Eduardo Almeida pun berusaha selalu menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
Dia ingin membuka lembaran baru dengan Arema FC dan membawa optimisme serta pikiran yang positif.
"Saya tidak ingin bicara itu (perpanjangan penundaan kompetisi). Saya ingin berpikir positif bahwa liga akan segera dimulai," ucap pelatih asal Portugal itu.
"Jika tidak dimulai pun, saya akan mencoba berpikir positif dua tahun ini menjalani sebagai pelatih tanpa kompetisi," ucapnya.
https://bola.kompas.com/read/2021/08/10/15200058/cerita-kelam-di-balik-pikiran-positif-pelatih-arema-fc-eduardo-almeida