Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kita Cuma Mampu Bermimpi Indah

Artikel ini ditulis oleh Asisten Pelatih Bogor FC, Muhammad Yusuf Prasetyo

"Jika Anda ingin menjadi yang terbaik, Anda harus belajar dari yang terbaik". Pemeo tersebut membuat saya tidak pernah berhenti untuk selalu belajar di mana pun. Kali ini, saya mendapat hal tak terduga bak durian runtuh yang pastinya siapa pun pasti sangat memimpikannya. Jalan-jalan, belajar, dan sambil bekerja.

Ya, saya mendapatkan kesempatan ini selama 45 hari di negara-negara Eropa. Ini adalah kedua kalinya saya menginjakkan kaki di Benua yang sepak bolanya sangat kuat dan terstruktur rapi di antara benua lainnya.

Dalam perjalanan kali ini, saya mengunjungi beberapa akademi sepak bola terbaik di Eropa dengan kolega saya Khairul dari Singapura. Akademi pertama yang saya kunjungi adalah Liverpool. 

Saya mempunyai waktu belajar empat hari di akademi yang bermakas di Kirkby ini. Akademi yang cukup banyak melahirkan beberapa pemain beken seperti Michael Owen, Robie Fowler, dan Steven Gerard.

Pada hari pertama berkunjung, saya cukup kaget karena begitu sulit dan ketatnya akademi ini mengizinkan untuk orang lain masuk ke dalam. Mungkin melebihi aturan masuk di setiap kedutaan besar masing-masing negara.

Singkat cerita, saya langsung mengelilingi dan melihat semua fasilitas yang ada di didalamnya. Ada hal yang cukup menarik disela-sela kunjungan. Saya dan rekan saya Khairul melihat beberapa kelompok pemain akademi dengan perkiraan usia 17 tahun.

Mereka sedang berada di kerumunan di mana ada 3 mobil di depan mereka sambil ada 2 orang dewasa diantaranya. Seketika, saya pun menatap aneh ke rekan saya. Apa yang mereka sedang lakukan?

Ketika salah satu pimpinan direktur usia muda memberikan presentasi, saya pun menanyakan langsung kepadanya tentang apa kegiatan mereka tadi. Ternyata itu adalah bagian dari pelajaran di luar sepak bola yaitu kursus mengganti ban mobil, selain kursus memasak, kursus bahasa, dan kursus life skills lainnya yang wajib jadi menu di luar latihan sepak bola.

Mengapa demikian? Karena tuntutan sepak bola top level di Eropa sangat tinggi. Anda harus menciptakan manusia yang hebat, kemudian baru Anda bisa menciptakan pemain yang hebat pada masa datang.

Jawaban yang cukup membuat saya dan rekan saya tercengang dan kembali saling tatap diantara kami dengan penuh rasa aneh. Saya tak pernah memikirkan itu sebelumnya. Bahkan, Ajax Academy akan memberhentikan pemain akademi yang tidak naik kelas dalam pendidikan formalnya.

Setelah kunjungan di Liverpool saya langsung menuju Feyenoord. Klub yang berada di daerah Varkenoord ini juga cukup banyak menghasilkan pemain-pemain top seperti Robin Van Persie, Giovani Van Bronchost, Dirk Kuyt (yang saat menjadi staf pelatih Feyenoord U-19), Wijnaldum, dan masih banyak lainnya.

Sambutan yang hangat dari direktur akademi dan coaching staff academy lainnya seperti Dirk Kuyt dan rekan-rekan staf pelatih membuat saya merasa di rumah sendiri. Melihat cara kerja yang luar biasa membangun sepak bola mereka dimulai dari usia 7 tahun dengan memiliki 3 staf khusus full time untuk menganalisa pertandingan setiap minggunya di akademi membuat saya cukup terkejut. 

Betapa tidak, di liga utama kita sudah lebih dari cukup hanya memerlukan asistent pelatih, pelatih fisik dan pelatih kiper, selain pelatih kepala. Bagaimana dengan akademi kita? Anda sudah tahu pasti jawabannya.

Selama kurang lebih 45 hari saya berada di Eropa selain mengunjungi Liverpool dan Feyenoord Academy, ada beberapa akademi lain yang saya kunjungi diantaranya Ajax Amsterdam, Lyon, Wolfsburg, dan Valencia. Fasilitas akademi yang mungkin bisa dikatakan tidak ada satu pun dari tim-tim liga 1 kita memilikinya.

Ada banyak hal yang saya pelajari dan menarik kesimpulan bahwa membangun pesepak bola yang hebat tidak hanya dalam latihan dan tidak juga hanya dalam pertandingan dengan banyak kemenangan.

Namun, belajar dari kesalahan dalam pertandingan yang mengajarkan hal-hal gaya hidup yang disiplin dan profesional, serta memposisikan pendidikan di atas sepak bola. Saya manusia yang  cukup beruntung melihat langsung dan dikenalkan dengan praktik sepak bola terbaik di dunia, dari mulai organisasi latihan, juga staf kerja akademi yang 100 persen melakukan hal yang dil luar apa yang saya lihat selama ini bahkan tidak ada di liga utama kita.

Mereka sangat serius dalam mempraktikan sepak bola top level. Sementara kita masih tertinggal jauh. Kita masih bermimpi indah dengan kemenangan jangka pendek.

https://bola.kompas.com/read/2019/02/23/07400038/kita-cuma-mampu-bermimpi-indah

Terkini Lainnya

Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Indonesia ke Final Uber Cup 2024, Tak Ada Kata Mustahil Lawan China

Badminton
Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Thomas dan Uber Cup 2024, Salut Jonatan untuk Tim Putri Indonesia

Badminton
Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Indonesia ke Final Thomas Cup 2024, Jonatan Sebut Fajar/Rian Jadi Kunci

Badminton
Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Klub Elkan Baggott Ipswich Town Promosi ke Premier League

Liga Inggris
Hasil Arsenal Vs  Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Hasil Arsenal Vs Bournemouth: The Gunners Pesta 3 Gol, Amankan Puncak

Liga Inggris
Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Sejarah 26 Tahun Terulang, Putra-putri Indonesia ke Final Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Indonesia ke Final Piala Thomas 2024, Fajar/Rian Terlecut Prestasi Tim Uber

Badminton
Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Thomas Cup 2024, Indonesia Tunggu China atau Malaysia di Final

Badminton
Hasil Thomas Cup 2024: Jonatan Penentu, Indonesia Tembus Final!

Hasil Thomas Cup 2024: Jonatan Penentu, Indonesia Tembus Final!

Badminton
Top Skor Liga 1 David da Silva Punya Pesaing

Top Skor Liga 1 David da Silva Punya Pesaing

Liga Indonesia
Piala Thomas 2024: Kunci Anthony Ginting Tumbangkan Penakluk Axelsen

Piala Thomas 2024: Kunci Anthony Ginting Tumbangkan Penakluk Axelsen

Badminton
Hasil Semifinal Thomas Cup 2024: Fajar/Rian Menang, Indonesia 2-0 Taiwan

Hasil Semifinal Thomas Cup 2024: Fajar/Rian Menang, Indonesia 2-0 Taiwan

Badminton
Indonesia Vs Guinea: Berjuang demi Olimpiade, Garuda Muda ke Paris Besok

Indonesia Vs Guinea: Berjuang demi Olimpiade, Garuda Muda ke Paris Besok

Timnas Indonesia
Setop Merundung Pemain Timnas U23 Indonesia!

Setop Merundung Pemain Timnas U23 Indonesia!

Liga Indonesia
Indonesia Vs Guinea, PSSI Tunggu Kabar Baik dari Klub Elkan Baggott

Indonesia Vs Guinea, PSSI Tunggu Kabar Baik dari Klub Elkan Baggott

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke