Dari total 10 klub peserta IBL musim ini, HangTuah menjadi tim dengan rata-rata usia pemain paling muda (23,7 tahun). Mengacu kepada fakta itu, mereka jelas bukan favorit layaknya Satria Muda Pertamina, Pelita Jaya Jakarta, atau Stapac Jakarta.
Meski demikian, berbagai keterbatasan tak membuat semangat HangTuah surut. Sebaliknya, tim asuhan Andika Supriadi Saputra itu justru menjelma sebagai kuda hitam yang bisa kapan saja menjungkalkan tim-tim raksasa IBL.
"Tim ini punya potensi. Mungkin 2-3 tahun lagi mereka sudah semakin matang," kata pelatih yang akrab disapa Bedu itu.
Terbukti, hingga sejauh ini, HangTuah sukses menjaga peluang mereka untuk melaju ke babak play-off IBL Pertamax 2018-2019.
Presiden HangTuah, Gading Ramadhan Joedo, menjadi orang yang begitu bangga dengan status timnya tersebut. Ia meyakini bahwa skuad mentereng bukanlah jaminan utama untuk mencapai supremasi.
Meski hanya mengandalkan pemain-pemain lokal yang belum terlalu populer seperti Abraham Renoldi Wenas, Sevly Rondonuwu, atau Luca Lioteza, Gading optimistis HangTuah bisa menjadi salah satu penantang serius.
Saat ditemui Kompas.com di salah satu rumah makan di Kota Surabaya, pada Minggu (3/2/2019), Gading yang masih berusia 32 tahun mengaku terkesan dengan semangat muda HangTuah.
Dia punya mimpi menjadikan HangTuah sebagai tim yang memprioritaskan pemain muda lokal demi berkembangnya industri bola basket di Tanah Air.
"Saya benar-benar ingin memberikan peluang kepada pemain-pemain muda. Selama ini, bola basket Indonesia selalu diisi oleh orang yang itu-itu saja. Pemain muda di tim besar pun belum terlalu banyak," kata Gading.
"Maka dari itu, kami ingin mendobrak basket Indonesia dengan orang-orang yang baru. Kami ingin buktikan bahwa kami bisa. Mereka punya potensi, asalkan mau berjuang," kata dia melanjutkan.
Selama ini, kata Gading, perkembangan bola basket nasional lebih banyak tersentralisasi di kota-kota besar. Sementara itu, daerah-daerah lain di Indonesia tak terlalu merasakan gegap gempitanya.
Hal itu pula yang akhirnya mendorong HangTuah untuk memberikan kesempatan kepada pemain-pemain daerah. Tujuannya adalah agar olahraga bola basket bisa semakin digemari.
"Pemain-pemain kami ada yang dari Papua, Ambon, dan Kalimantan. Mungkin dari Jakarta hanya satu. Pastinya mereka bisa sekaligus menggairahkan basket di daerah mereka masing-masing," ucap Gading.
"Selama ini, basket hanya terasa di kota besar. Kebanyakan lulusan SMA 3 Jakarta, Pelita Harapan, dan lain-lain. Akhirnya, basket dianggap jadi olahraga anak kota yang mahal. Dulu nama liga kita memang National Basketball League (NBL), tetapi sebenarnya enggak nasional," kata dia.
Semangat baru HangTuah
Keseriusan Gading mengembangkan HangTuah sekaligus pebasket muda Tanah Air ditunjukkan dengan mulai memperbaiki infrastruktur klub yang selama ini tidak tertangani secara baik.
Perjuangan Gading membesarkan HangTuah dimulai dengan melakukan pencarian sponsor. Hasilnya, dia sukses menjalin kerja sama dengan perusahaan financial technology (fintech) PT Amartha Mikro Fintek.
Manajemennya juga memperbaiki lapangan latihan HangTuah di kawasan Buncit, Jakarta Selatan, agar sesuai dengan standar. HangTuah juga sedang membangun mes khusus pemain di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
"Selama ini, kami kalau latihan harus sewa ini-itu. Gym juga kami harus sewa. Nah, saya mau ke depannya HangTuah tak seperti itu lagi. Sekarang saja, dengan segala keterbatasannya, HangTuah sudah sangat solid. Hal ini membuat kami juga bersemangat. Itulah yang saya rasakan," kata Gading.
"Kami yakin bisa menyongsong tahun depan dengan lebih baik. Tetap dengan pemain muda, tetapi konsep baru. Kami siap fokus ke pemain muda agar lebih siap menghadapi tantangan," ujarnya.
Pentingnya pendidikan
Gading Ramadhan Joedo selaku presiden klub tak hanya menuntut pemainnya jago bermain basket di lapangan. Lebih dari itu, dia ingin Abraham Wenas dkk juga tak meninggalkan pendidikan.
Menurut Gading, industri bola basket di Indonesia belum bisa dijadikan pegangan utama. Masih perlu proses panjang dari berbagai pihak untuk bisa mengembangkan cabang olahraga tersebut di Tanah Air.
Oleh karena itu, sebagai antisipasi, Gading mendorong para pemain HangTuah untuk serius pula menuntut ilmu di perguruan tinggi mereka masing-masing.
"Saya katakan kepada pemain, 'kalian latihan memang buat bermain basket, tetapi otak juga harus diasah'. Sebab, saya melihat industri basket di negara ini belum bisa membawa mereka menjadi sesuatu," ucap Gading.
Shooting guard yang menyabet penghargaan Rookie Of The Year itu diketahui kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Kesadaran akan pendidikan selalu dijunjung tinggi oleh HangTuah agar ke depannya para pemain memiliki masa depan yang lebih baik.
"Mereka banyak yang dapat beasiswa. Tentu ini membuktikan bahwa mereka punya kemauan untuk belajar juga, selain pastinya berprestasi di lapangan basket," kata Gading.
https://bola.kompas.com/read/2019/02/04/18263988/hangtuah-dan-semangat-baru-kembangkan-pebasket-muda-tanah-air