JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Ketua Umum PSSI, Agum Gumelar, mengaku pernah memberi nasihat kepada Djohar Arifin Husin sebelum terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Nasihat tersebut berupa tiga hakikat untuk menjalankan reformasi persepakbolaan nasional.
Hal tersebut disampaikan Agum saat memenuhi undangan makan siang dari Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) di sebuah restoran di Jakarta, Rabu (8/2/2012) siang. Agum adalah mantan Ketua Komite Normalisasi saat Djohar terpilih dalam Kongres Luar Biasa di Solo, Juli 2011.
"Saya mendapat undangan makan siang dari saudara-saudara kita di KPSI. Mereka minta advice dari saya yang dianggap senior di persepakbolaan Indonesia. Jadi, ada masukan saya kepada Pak Djohar kalau mau melakukan reformasi dalam persepakbolaan nasional sepak bola kita ini, ada tiga hakikatnya. Tanggalkan jauh-jauh nilai lama yang dibuat pengurus lama yang tidak benar, jangan arogan dan memaksakan kehendak dengan tidak mau berkomunikasi dengan pihak yang berseberangan," katanya.
Agum menjelaskan, hakikat reformasi yang kedua adalah kinerja pengurus lama tidak sepenuhnya gagal. Ada kebijakan pengurus lama, lanjutnya, yang relevan untuk dilanjutkan.
"Mengapa tidak dilanjutkan? Saya ambil contoh kompetisi yang telah berjalan begitu baik, begitu berbobot, begitu menggaung, dan begitu diminati. Rating liga sepak bola kita jauh mengalahkan rating sepak bola di Eropa, itu kan sudah bagus. Animo masyarakat kita sudah besar. Ini yang sudah bagus dan harus dilanjutkan," jelasnya.
"Kalau kita mau membongkar pagar maka kita harus tahu dulu. Jangan main bongkar saja," tambahnya kemudian.
Menurutnya pula, hakikat reformasi yang ketiga adalah tidak ada stigma kepada salah satu pihak. Agum mengatakan, semangat rekonsiliasi persatuan harus selalu diutamakan.
Polemik sepak bola nasional diakuinya membuat dirinya kecewa. Oleh karena itu, Agum berharap terjadi rekonsiliasi antara PSSI dan KPSI meskipun tidak mudah untuk dilakukan.
"Tapi, untuk mewujudkannya perlu ada tekad bersama. Artinya, harus datang dari kedua belah pihak. Yang berseteru dan berbeda pendapat dan rekonsiliasi ini dilandasi oleh pemikiran yang bersih, jujur, tidak ada dalam hatinya agenda yang dipaksakan. Itu syarat rekonsiliasi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.