BARCELONA, KOMPAS.com — Sudah unggul 3-1 pada leg pertama, Inter Milan tampak sengaja bermain lebih aman dengan mementingkan pertahanan. Bahkan, begitu Thiago Motta terkena kartu merah, Inter menerapkan anti-football dan bertahan total. Hanya satu konsentrasi Inter, menjaga gawang agar tak kemasukan.
Sebenarnya, saat masih memiliki 11 pemain, Inter tak terlalu bertahan. Mereka memang mementingkan pertahanan, tetapi menyimpan serangan-serangan balik.
Namun, pada menit ke-28 Thiago Motta harus keluar karena terkena dua kartu kuning. Inter pun jadi berubah total. Mereka masih memainkan dua striker, Diego Milito dan Samuel Eto'o, tetapi gaya permainannya bertahan total.
Tak perlu mengatur strategi rumit-rumit, tak penting pula posisi pemain. Bagi Inter, semua pemain wajib mempertahankan sepertiga wilayah terakhirnya. Lawan menyerang dihadang. Begitu mendapat bola, langsung dibuang. Mereka hanya berkonsentrasi bagaimana mempertahankan gawangnya tanpa ada strategi dan taktik menyerang.
Meski begitu, taktik tersebut sangat manjur. Bahkan, selama 62 menit bermain dengan 10 orang, mereka mampu meredam ketajaman dan kreativitas Barcelona yang terkesan berbahaya. "El Barca" yang biasa produktif tiba-tiba dibuat tak berkutik menyerang. Dukungan penuh publik Camp Nou pun seolah tak berpengaruh.
Ada beberapa poin penting dari strategi Jose Mourinho. Sejak awal dia mencoba melokalisasi serangan Barcelona. Dia tak membiarkan Barcelona menyerang dari pinggir sehingga setiap serangan selalu lewat jalan tengah. Ini memudahkan Inter Milan berkonsentrasi bertahan.
Di sisi kiri, Mourinho menempatkan Javier Zanetti sebagai bek. Di depannya masih ada Christian Chivu yang sebenarnya juga defender. Sementara di kanan, Douglas Maicon cukup bisa diandalkan mematikan serangan lawan. Bahkan, kadang masih dibantu Esteban Cambiasso atau malah Samuel Eto'o.
Bagi Inter, saat melawan Barcelona benar-benar tak memedulikan teori sepak bola. Yang ada hanya satu teori, yakni bertahan. Bahkan, Jose Mourinho sampai memainkan lima pemain defender, yakni Lucio, Walter Samuel, Maicon, Javier Zanetti, dan Christian Chivu. Pada menit ke-81, dia menambah satu defender lagi, Ivan Cordoba.
Tak hanya itu, semua pemain terkesan hanya ditugaskan sebagai defender untuk mempertahankan wilayahnya. Hanya Milito yang berada di depan untuk jaga-jaga menyerang. Itu pun dia kadang turun membantu pertahanan. Ini yang menyulitkan Barcelona untuk membuat peluang, apalgi gol.
Selain itu, Inter mematikan beberapa pemain penting. Xavi dibuat tak pernah tenang kala memegang bola sehingga sulit mengatur serangan. Sementara Lionel Messi terus ditekan setiap memegang bola. Bahkan, Messi yang biasanya pindah-pindah posisi seperti bingung harus bergerak ke mana.
Messi jarang menusuk ke kotak penalti Inter. Akibatnya, Messi pun terkesan malah menjadi pengumpan daripada mengkreasi peluang dan mengeksekusinya, seperti yang biasa dia lakukan.
Bagi Inter, tak peduli semua pemain Barcelona maju. Bahkan, kiper Victor Valdes maju ke tengah pun dibiarkan asalkan pertahanan mereka tetap aman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.