AKHIR pekan kemarin, Bandung lumpuh. Konvoi tim Persib Bandung yang menjuarai Liga 1 2024, membuat jalanan kota kembang berubah fungsi jadi arena perayaan.
Di Bandung, ini bukan hal baru. Kami sudah melakukannya setidaknya sejak 1937.
Koran berbahasa Sunda di era Belanda, Sipatahoenan terbitan Mei 1937, mencatat dengan detail momentum konvoi di masa penjajahan tersebut.
Selasa, 18 Mei 1937, sebuah telegram dari Solo diterima oleh Juragan Sadikin di Bandung. Telegram yang membawa pesan bahwa Persib berhasil mengalahkan tuan rumah sekaligus juara bertahan, Persis Solo.
Partai pamungkas yang digelar di Stadion Sriwedari itu tuntas dengan skor tipis 1-0. Lewat kemenangan dramatis pada Senin, 17 Mei tersebut, Persib resmi menjadi juara Liga 1937.
Juragan Sadikin tentu tak menyangka. Bagaimanapun Persis Solo adalah lawan berat karena berstatus tim raksasa. Namun itulah kenyataannya.
Di waktu yang tak jauh berbeda, sambungan telepon diterima Juragan Atmadinata. Juga datang dari Solo dan mengabarkan informasi serupa.
Dari dua orang juragan Bandung itulah, kabar Persib menjuarai kompetisi 1937 perlahan menyebar ke seantero kota dan membuat Bandung bergembira.
Selepas menerima telegram, Juragan Sadikin langsung mengabari Kanjeng Dalem, sebutan untuk Bupati Bandung (belum ada pemisahan wilayah kota dan kabupaten Bandung).
Selain memberi tahu gelar juara yang diraih Persib, ia juga mengusulkan pada Kanjeng Dalem agar pemerintah kota menyiapkan penyambutan.
Tim Persib diketahui pulang dari Solo menggunakan kereta api, dan akan tiba di Stasiun Bandung pada Selasa sore pukul 17.15.
Tak hanya Juragan Sadikin yang langsung bergerak. Sejumlah tokoh Bandung lekas mengambil inisiatif masing-masing setelah menerima kabar Persib juara.
Oto Iskandar di Nata langsung menghubungi kepolisian Bandung untuk meminta penjagaan di sepanjang jalur dari stasiun Bandung ke gedung kabupaten (sekarang Pendopo Kota Bandung) hingga Gedung Himpoenan Soedara. Itulah rute konvoi yang direncanakan.
Juragan Wandi, langsung menyiapkan musik untuk penjemputan. Ia merupakan tokoh penting di percetakan Pangharepan yang para pegawainya memiliki grup musik.
Juragan Djalil dan Juragan Gandjar yang berkiprah di bidang pendidikan, langsung menggerakkan "Padvinderij Organisatie Pasundan" (semacam organisasi kepanduan) untuk membantu mengawal para pemain Persib saat tiba dan selama iring-iringan.