KOMPAS.com - Ganti pelatih pada tengah musim sudah seperti resep juara Chelsea di kompetisi antarklub Eropa.
Chelsea bakal menantang Man City di final Liga Champions 2020-2021.
Laga final Liga Champions Man City vs Chelsea akan digelar di Estadio do Dragao, Porto, Sabtu (29/5/2021) atau Minggu (30/5/2021) dini hari pukul 02.00 WIB.
Dalam perjalanan menuju final Liga Champions, Chelsea tercatat telah memainkan 12 pertandingan, yang terbagi dalam 6 laga fase grup dan 6 partai babak gugur.
Hal yang menarik, Chelsea dibesut dua sosok berbeda di fase grup dan babak knock-out Liga Champions 2020-2021.
Baca juga: Final Liga Champions - Bola Tenis, Berlian, dan Obsesi Besar Tuchel
Ketika mengarungi fase grup, tepatnya di Grup E, Chelsea masih diarsiteki oleh Frank Lampard.
Lampard mengantar Chelsea mengakhiri fase grup sebagai pemuncak dengan torehan 4 kemenangan, 2 skor imbang, dan 0 kekalahan.
Pergantian nakhoda lantas terjadi pada 26 Januari 2021. Lampard dipecat dan posisinya kemudian digantikan oleh Thomas Tuchel.
Setelah mengambil tongkat estafet kepelatihan dari Frank Lampard, Tuchel tancap gas dan mampu mengantar Chelsea lolos sampai ke final dengan menyingkirkan Atletico Madrid, Porto, dan Real Madrid.
Sampai ke sebuah final kompetisi antarklub Eropa dengan panduan dua pelatih berbeda sudah hal biasa buat Chelsea, bahkan ibaratnya seperti resep juara.
Chelsea pertama kali melakukannya saat menjadi juara Piala Winner 1997-1998.
Mengawali musim bersama Ruud Gullit, The Blues, julukan Chelsea, tampil sebagai kampiun Piala Winner 1997-1998 dengan Gianluca Vialli berada di bangku pelatih.
Fenomena itu terulang pada 2007-2008 ketika Chelsea besutan Avram Grant takluk di final Liga Champions dari Man United.
Avram Grant tak menukangi The Blues sejak awal musim. Sang pelatih asal Israel merupakan suksesor Jose Mourinho yang memilih mundur.
Tuah dua pelatih dalam semusim baru kembali muncul buat Chelsea pada 2011-2012 dan 2012-2013.