JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun 2019 telah berlalu dan menjadi penanda berakhirnya dekade 2010-an.
Sepanjang satu dekade terakhir, prestasi sepak bola Indonesia bisa dibilang mengalami penurunan prestasi yang signifikan.
Kompas.com merangkum empat faktor yang bisa menjadi tolok ukur kemerosotan prestasi sepak bola Indonesia, baik tim nasional maupun kompetisi liga nasional.
Berikut faktor-faktor tersebut:
1. Peringkat FIFA
Indonesia menjadi negara yang mengalami penurunan peringkat FIFA paling signifikan di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam sedekade terakhir.
Awal 2010, Indonesia sempat memiliki ranking FIFA tertinggi kedua se-Asia Tenggara. Tim Merah Putih berada di posisi ke-127 ranking FIFA pada 2010.
Indonesia hanya berselisih enam strip dari Thailand sebagai pemilik peringkat tertinggi di antara wakil Asia Tenggara.
Namun, penampilan buruk timnas Indonesia pada tahun 2011 membuat tim Garuda harus terjun bebas ke posisi 142 ranking FIFA.
Bukannya membaik, peringkat Indonesia justru semakin merosot dari tahun ke tahun.
Pada 2015, Indonesia bahkan harus berada di bawah Timor Leste dan Laos. Tim Garuda menempati peringkat ke-179 ranking FIFA pada edisi 2015.
Baca juga: Ranking FIFA Negara ASEAN Satu Dekade Terakhir, Indonesia Merosot
Kehadiran pelatih asal Spanyol, Luis Milla, sempat memberi dampak positif pada sepak bola Indonesia pada 2017.
Satu setengah tahun menjabat, Luis Milla turut mengantarkan Indonesia naik ke posisi 159 peringkat FIFA.
Indonesia unggul enam tingkat dari negeri jiran, Malaysia. Akan tetapi, kontrak Luis Milla tak diperpanjang dan kursi kepelatihan dilanjutkan oleh Simon McMenemy pada 2019.
Di tangan Simon, Indonesia semakin terpuruk dengan menelan lima kekalahan di fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.