KOMPAS.com - Indonesia pernah mengukir sejarah sebagai negara pertama dari Asia yang tampil pada Piala Dunia. Kisah itu lahir pada tahun 1938 atau edisi ketiga Piala Dunia yag berlangsung di Perancis.
Namun, ketika itu nama yang digunakan adalah Dutch East Indies alias Hindia Belanda.
Jatah itu diambil setelah Jepang, yang menjadi lawan pada kualifikasi menuju putaran final, mengundurkan diri.
Sayang, Hindia Belanda tak bisa melangkah jauh dalam turnamen yang kala itu hanya diikuti 16 negara dan menggunakan sistem gugur.
Mereka langsung tersungkur pada babak pertama karena kalah 0-6 dari Hungaria, yang akhirnya menjadi finalis (kalah 2-4 dari Italia pada partai final).
Sejak kekalahan di Reims, Perancis, tersebut, Timnas Indonesia tak pernah lagi melangkah ke putaran final Piala Dunia.
Wajar jika segenap pecinta sepak bola di Tanah Air sangaat mendambakan tim Garuda kembali berkiprah dalam turnamen empat tahunan paling akbar di muka bumi tersebut.
Baca Juga: Pencarian Bibit untuk Garuda Select II Usai, 24 Nama Segera Diumumkan
Namun, bukan perkara mudah untuk bisa meraih tiket ke ajang tersebut. Pasukan Merah-putih harus melalui perjalanan panjang pada babak kualifikasi melawan negara-negara kuat di kawasan Asia.
Fakta membuktikan, Timnas Indonesia tak pernah bisa melewati rintangan tersebut.
Pasukan Garuda selalu tersingkir pada babak kualifikasi zona Asia karena disingkirkan negara-negara kuat di Benua Kuning ini seperti Korea Selatan.
Jangankan mimpi untuk mengikuti Piala Dunia. Di level Asia pun Indonesia tak "bersuara".
Bahkan dalam lingkup yang lebih kecil di kawasan Asia Tenggara, Indonesia belum pernah menjadi yang terbaik.
Gelar Piala AFF menjadi indikator karena hingga kini, trofi tersebut belum pernah diboyong ke Tanah Air meskipun lima kali menjadi finalis.
Upaya melahirkan pemain berkualitas
PSSI selaku induk sepak bola di Tanah Air, bukannya berdiam diri melihat minimnya prestasi Timnas Indonesia. Apalagi, sepak bola menjadi olahraga paling populer di negeri ini, selain bulu tangkis.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk melahirkan tim berkelas dunia. Sejumlah program diluncurkan dengan cara mengirimkan pemain muda ke luar negeri guna menimba ilmu di mancanegara.
Berdasarkan catatan yang ada, Indonesia pernah meluncurkan program Primavera dan Baretti pada rentang waktu 1993-1996. Para pemain masa depan Indonesia pada era tersebut menjalani latihan di Italia.
Tim Primavera diikuti pemain U-19 Indonesia, sedangkan Baretti merupakan program untuk pemain U-16.
Sejumlah pemain jebolan dua program tersebut antara lain Bima Sakti (Primavera), Kurniawan Dwi Yulianto (Primavera), Yeyen Tumena (Primavera) dan Uston Nawawi (Baretti).
Setelah program tersebut usai, PSSI kembali mengambil langkah serupa ketika mengirim para pemain U-17 mengikuti program Sociedad Anonima Deportiva (SAD) pada tahun 2008, yang berjalan selama lima tahun hingga 2013.
Mereka berlatih di Uruguay, negara yang dua kali meraih gelar juara Piala Dunia.