Para pemain yang pernah mengikuti program ini antara lain Rizky Pellu, Manahati Lestusen, Yandi Sofyan Munawar dan Hansamu Yama Pranata.
Baca Juga: Harapan Simon Mcmenemy untuk Program Garuda Select
Sayang, dua program tersebut belum bisa menghasilkan tim berprestasi. Perjalanan mereka menuju Olimpiade dan Piala Dunia selalu kandas karena lagi-lagi gagal melewati rintangan pada babak kualifikasi zona Asia.
Tak patah arang, PSSI kembali menjalani program serupa dengan mengirim pemain U-17 ke Inggris pada Januari 2019. Program yang merupakan kerja sama PSSI dengan Super Soccer TV ini akan berlangsung selama 10 tahun.
Angkatan pertama Garuda Select sudah selesai menjalani pelatihan di Negeri Ratu Elizabeth tersebut. Mereka sudah kembali ke Tanah Air pada Mei 2019.
Di sana, David Maulana dkk digembleng duo pelatih, Dennis Wise dan Des Walker.
Mereka melakoni sejumlah uji coba melawan tim-tim junior klub Inggris, antara lain Leicester City U-17, Arsenal U-16 dan Chelsea U-16.
Menurut rencana, pertengahan tahun ini PSSI kembali mengirim pemain U-17 yang bakal menjadi angkatan kedua Garuda Select.
Lagi-lagi, Inggris menjadi tempat berlatih bagi para pemain masa depan Indonesia, karena negara tersebut memiliki pembinaan yang mumpuni dan merupakan top di dunia untuk level U-16, U-17, U-20.
Mungkinkah program Garuda Select bisa menjadi solusi untuk melahirkan skuad timnas yang mumpuni?
Tidak ada jawaban yang pasti karena program ini baru memulai langkah pertama. Namun, optimisme terpancar dari para pemain yang masuk angkatan pertama Garuda Select setelah mereka menjalani latihan di Inggris.
Metode latihan dan pola hidup yang teratur membuat fisik para pemain jauh lebih bagus. Pelatih timnas U-19, Fachri Husaini, mengakui hal tersebut ketika dia menyambangi tim di Birmingham, Inggris, awal Mei 2019.
"Yang paling kelihatan itu postur. Fisik mereka mengalami perubahan karena lebih berotot. Mereka sudah jauh lebih kuat, termasuk power-nya," ujar Fachri usai menyaksikan laga Garuda Select vs Arsenal U-16 di lapangan Akademi Arsenal, Kamis (2/5/2019).
Nah, setelah menimba ilmu selama hampir enam bulan, para pemain angkatan pertama Garuda Select harus bisa paling tidak mempertahankan intensitas latihan serta pola hidup yang dijalankan selama di Inggris. Jika tidak, semuanya akan menjadi sia-sia.
Persaingan menjadi pemain bintang
Harus diakui, tak semua pemain yang mengikuti sebuah program latihan akan menjadi bintang. Data statistik yang dikeluarkan induk organisasi sepak bola dunia, FIFA, menunjukkan bahwa hanya 0-8 hingga 1 persen yang bisa menjadi pemain top dalam persaingan saat ini.
Demikian pemaparan FIFA dalam acara bertajuk "FIFA Course for MA Technical Director" yang berlangsung di Bangkok, Thailand, 22-26 April. Direktur teknik PSSI, Danurwindo, juga hadir di sana.
"Jadi, memang tidak mudah masuk dalam persaingan menjadi pemain profesional," ungkap Danurwindo saat bersama Kompas.com dalam perjalanan dari Birmingham ke London untuk menyaksikan laga Garuda Select melawan Chelsea U-16.
"Bayangkan jika hanya 1 persen yang jadi, berarti dari satu angkatan pemain itu cuma beberapa orang yang jadi pemain profesional (bintang)," tuturnya.
Nah, berkaca dari data statistik tersebut, perlu upaya keras dari setiap pemain muda untuk menjaga dan meningkatkan performa. Dengan demikian, mereka bisa terus bertahan dalam persaingan menjadi pemain profesional.
Ambil contoh angkatan pertama Garuda Select. Setelah kembali ke Indonesia, mereka harus terus menempa diri. Tidak tenggelam dalam gaya hidup sembrono, termasuk "asal makan", sehingga cita-cita mulia PSSI menghasilkan tim berprestasi bisa tercapai.
Strategi menghasilkan pemain berkualitas