LEICESTER, KOMPAS.com - Media-media Eropa menyebut kesuksesan Leicester City menjuarai Premier League bak sebuah dongeng. Namun, Claudio Ranieri mengklaim bahwa bukan pertama kali dirinya menciptakan kejutan.
Ranieri menunjuk pengalamannya melatih Cagliari dari 1988 hingga 1991. Sebelum itu, dia cuma berstatus sebagai pelatih tim amatir, Vigor Lamezia, dan klub yang baru bangkrut, Campania Puteolana.
Bersama Ranieri, Cagliari mampu menjuarai Serie C1 1988-1989. Klub berjuluk I Rossoblu itu meraih tiket promosi ke Serie A setelah menempati peringkat ketiga Serie B semusim berselang.
"Itulah dongeng pertama saya. Kali ini adalah dongeng lainnya," tutur Ranieri.
"Akan tetapi, gelar juara Premier League adalah sesuatu yang spesial dan terasa lebih istimewa lagi untuk klub seperti Leicester. Fantastis dan sulit dipercaya," ucap pria berkebangsaan Italia itu.
Baca juga: Belajar dari Ranieri, Bahagiakanlah Orang yang Mencintai dan Mendukung Kita
PRESS CONFERENCE: Claudio Ranieri talks to the press ahead of Everton's visit to King Power Stadium. #LeiEvehttps://t.co/XTY4yWaQ9e
— Leicester City (@LCFC) May 5, 2016
Terlepas dari prestasinya dengan klub semenjana, gelar juara liga di kompetisi kasta teratas sempat menjadi tabu untuk Ranieri. Sebelumnya, catatan terbaik dia cuma runner-up liga bersama Chelsea, Juventus, AS Roma, dan AS Monaco.
Ada motivasi besar dari Ranieri untuk mengakhiri predikat spesialias peringkat kedua.
"Saya juga berjuang sangat keras untuk mencapai prestasi spesial ini. Ini adalah karma untuk saya. Saya ingin berterima kasih kepada pemain, chairman, staf pelatih, dan suporter," tutur dia.
Ranieri dan Leicester akan mempresentasikan trofi Premier League saat melawan Everton di Stadion King Power, Sabtu (7/5/2016).